Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com-SKK Migas menegaskan komitmennya untuk menjaga pasokan gas domestik di tengah meningkatnya kebutuhan energi dalam negeri.
Kepala Divisi Komersialisasi Migas SKK Migas, Rayendra Siddik, memaparkan bahwa tren lifting gas untuk ekspor cenderung menurun karena sebagian besar dialihkan guna memenuhi kebutuhan nasional.
“Prioritas utama kita sekarang adalah memastikan kebutuhan gas dalam negeri terpenuhi. Tren realisasi lifting gas domestik terus meningkat, sementara ekspor kita atur ulang sesuai kebutuhan,” ujar Rayendra dalam paparan kepada media beberapa waktu lalu.
Data SKK Migas mencatat, rata-rata penyaluran gas bumi sepanjang semester I 2025 mencapai 5.597,81 BBTUD. Dari jumlah itu, hampir 70 persen diarahkan ke pasar domestik, mulai dari kelistrikan, industri, hingga sektor pupuk.
Untuk menjamin keberlanjutan pasokan, SKK Migas menerapkan sejumlah strategi. Di antaranya adalah mempercepat produksi dari area eksplorasi baru, melakukan penjadwalan ulang kontrak ekspor agar dialihkan ke domestik, hingga menerapkan skema gas swap sebagai solusi sementara menutup defisit pasokan.
“Selain itu, kita juga menyalurkan LNG ke area defisit, tapi tentu butuh infrastruktur penunjang agar distribusi lebih optimal,” tambahnya.
Tahun ini, SKK Migas bersama KKKS menargetkan 15 proyek strategis migas non-PSN bisa on-stream. Jika terealisasi, tambahan produksi diperkirakan mencapai 22.394 barel minyak per hari dan 218 MMSCFD gas, setara 61.287 BOEPD.
Rayendra menyebut, keberhasilan proyek tersebut akan menopang kebutuhan energi nasional sekaligus menjaga ketahanan energi
“Investasi di hulu migas harus tetap menarik agar produksi tidak hanya bertahan, tapi juga tumbuh. Inilah kunci menjaga pasokan domestik ke depan,” tegasnya.
Dengan langkah ini, SKK Migas berharap Indonesia dapat menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan komitmen ekspor, tanpa mengorbankan daya saing industri migas.