Gas 4.200 MMSCFD dan Minyak 140 Ribu Barel, Ini Andalan Baru Migas RI

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com-Pemerintah menaruh harapan besar pada tiga proyek migas raksasa yang diyakini bakal menjadi penopang utama produksi energi nasional.

Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Elen Setiadi, menyebut proyek Abadi, Tangguh UCC, dan Indonesia Deepwater Development (IDD) di Blok Geng North sebagai “backbone” investasi migas Indonesia dalam satu dekade ke depan.

“Kalau proyek-proyek ini berjalan sesuai rencana, kapasitas produksi nasional bisa terdongkrak signifikan,” kata Elen dalam Forum Migas Tempo di Jakarta, Rabu (20/8/2025).

Elen memaparkan, ketiga proyek tersebut berpotensi menambah produksi minyak hingga 140 ribu barel per hari (BOPD) serta gas sebesar 4.256 MMSCFD pada 2030. Abadi Project sendiri menyimpan cadangan gas mencapai 15,24 triliun kaki kubik (TCF) dengan nilai investasi sekitar US$20,9 miliar.

Selain itu, proyek Tangguh UCC diproyeksikan menambah cadangan gas sebesar 3,0 TCF, sementara proyek IDD Geng North menelan investasi lebih dari US$15 miliar.

“Ketiganya menjadi tulang punggung peningkatan produksi migas Indonesia di masa mendatang,” tegas Elen.

Meski begitu, ia mengingatkan keberhasilan proyek migas tidak hanya bergantung pada aspek teknis, tetapi juga pada iklim investasi. Menurut laporan Standard & Poor’s akhir 2024, daya tarik investasi migas Indonesia mulai membaik berkat penemuan cadangan besar dan reformasi fiskal.

Namun tantangan masih ada: daya saing rendah, regulasi rumit, birokrasi lambat, hingga kepastian hukum yang belum kuat. Untuk menjawab itu, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. Aturan ini mengintegrasikan sistem OSS dengan asas positive list—bahkan mengatur izin otomatis sah bila tidak diproses sesuai batas waktu.

“Aturan ini akan berlaku efektif mulai 4 Oktober 2025. Jadi ada kepastian untuk investor, dan tanggung jawab ada di pemerintah,” ujar Elen.

Selain perizinan, pemerintah juga mendorong integrasi transisi energi dalam pengembangan migas, misalnya melalui investasi ExxonMobil yang menggabungkan petrokimia dengan teknologi CCS/CCUS untuk menangkap dan menyimpan karbon.

Elen menegaskan, langkah ini merupakan bagian dari strategi menuju swasembada energi nasional.

“Dengan deregulasi yang lebih baik, iklim investasi yang kondusif, serta sinergi antara pemerintah, BUMN, dan swasta, kami optimistis produksi migas nasional bisa meningkat dan menopang ketahanan energi jangka panjang,” pungkasnya