Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com— Membangun industri energi bukan perkara instan. Ia membutuhkan modal raksasa, teknologi mutakhir, dan strategi yang konsisten. Tanpa arah yang jelas, proyek bisa tersendat, kebijakan mudah berubah, dan kepercayaan investor menguap.
Itulah yang mendasari gagasan Octagon Energi 08, sebuah kerangka strategis dengan delapan pavilion untuk membangun ekosistem energi nasional yang kuat, berdaulat, dan berdaya saing global. Gagasan ini dituangkan oleh Muhammad Iksan Kiat, B.Eng, M.Eng, M.Sc, Tenaga Ahli Menteri ESDM, sebagai wujud kontribusi menuju kedaulatan energi bangsa di usia 80 tahun kemerdekaan Indonesia.
Delapan Pavilion Energi
Konsep Octagon Energi 08 berisi delapan pilar utama:
1. Energy Engineering– infrastruktur dan teknologi energi, mulai dari pipa laut dalam, interkoneksi listrik antar pulau, hingga riset CCS dan pabrik baterai.
2. Energy Economics – skema bisnis dan insentif fiskal agar energi jadi sektor investasi menarik, termasuk ide pembentukan oil fund khusus eksplorasi.
3. Energy Environment (HSE) – standar keberlanjutan dengan CCS/CCUS, reklamasi blok tua, dan target net zero 2060.
4. Energy Electrics (Digitalisasi Energi) – digital twin, smart grid, IoT migas, hingga regulasi energi untuk data center dan crypto mining.
5. Energy Education – SDM unggul lewat vokasi, transfer teknologi, dan pusat riset energi nasional.
6. Energy Empowerment– pemberdayaan masyarakat sekitar proyek energi melalui lapangan kerja lokal dan harga energi terjangkau.
7. Energy Ethics– tata kelola bersih, kepastian hukum, dan kebijakan konsisten untuk menarik investasi.
8. Energy Entrepreneurship – keterlibatan UMKM, koperasi, dan pengusaha lokal dalam rantai pasok energi.
Belajar dari Dunia, Menatap Indonesia
Banyak negara telah membuktikan strategi energi sebagai kekuatan nasional: Norwegia membangun sovereign wealth fund dari migas; Qatar jadi raksasa LNG global; Tiongkok membangun jaringan listrik Ultra High Voltage; Rusia menjadikan Gazprom dan Rosneft alat geopolitik; Nigeria dan Ghana menekankan konten lokal.
Indonesia bisa belajar sekaligus mengadaptasi. Dengan strategi Energi 08, energi bukan hanya soal listrik dan bahan bakar, tapi instrumen pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, hingga daya tawar global.
Menuju Kedaulatan Energi
“Energi 08 bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan. Delapan pavilion ini harus menjadi menara sekaligus benteng untuk percepatan investasi, peningkatan produksi, dan pengelolaan risiko,” tulis Iksan dalam pemaparan gagasannya.
Jika dijalankan konsisten dengan tata kelola bersih, insentif fiskal yang menarik, serta gotong royong antar pemangku kepentingan, Indonesia berpotensi bukan hanya mencapai swasembada energi, tetapi juga tampil sebagai kekuatan energi dunia di era 80 tahun kemerdekaan.