Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com-PT Elnusa Tbk (ELNUSA), anak usaha PT Pertamina Hulu Energi, sedang berada di persimpangan penting.
Di tengah tekanan laba bersih yang turun 24% pada semester I 2025, perusahaan jasa energi terintegrasi ini justru mengambil langkah agresif: menambah plafon kredit dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dari US$50 juta menjadi US$70 juta atau sekitar Rp1,14 triliun, dengan tenor diperpanjang dari 12 bulan menjadi 24 bulan.
Tambahan fasilitas ini bukan sekadar “oksigen finansial”. Bagi Elnusa, ini adalah amunisi untuk memperkuat tiga lini bisnis utama yang akan menjadi motor pertumbuhan ke depan: jasa hulu migas terintegrasi, distribusi & logistik energi, serta jasa penunjang migas.
1. Jasa Hulu Migas Terintegrasi: Jantung Energi Nasional
Bisnis inti Elnusa tetap bertumpu pada hulu migas. Layanannya mencakup geoscience, reservoir, pengeboran, hingga engineering, procurement, construction, operation & maintenance (EPC-OM).
Dengan keahlian teknis yang sudah terbukti lebih dari lima dekade, Elnusa menjadi mitra andalan Pertamina Group dan operator migas lain di dalam negeri. Ke depan, kebutuhan eksplorasi migas baru—terutama di cekungan frontier seperti Andaman dan Papua—menjadi peluang besar bagi Elnusa untuk mengokohkan peran sebagai pionir jasa hulu terintegrasi.
“Ketahanan energi Indonesia tidak bisa lepas dari hulu migas. Elnusa punya keunggulan di sini, baik teknologi maupun SDM,” kata seorang analis energi dari Jakarta.
2. Distribusi & Logistik Energi: Urat Nadi Pertamina
Selain di hulu, Elnusa juga kuat di hilir energi melalui distribusi dan logistik. Perusahaan mengelola transportasi BBM, depot, hingga penjualan chemical yang digunakan dalam proses produksi energi.
Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus tumbuh, peran Elnusa dalam memastikan kelancaran pasokan energi menjadi semakin strategis. Tambahan kredit jumbo dari BNI akan memperkuat lini ini, terutama dalam pengembangan infrastruktur logistik energi yang kian krusial untuk mengurangi ketergantungan impor dan menjaga stabilitas suplai domestik.
3. Jasa Penunjang Migas: Relevan di Era Digitalisasi Energi
Tak kalah penting, Elnusa juga menggarap jasa penunjang migas—mulai dari marine support, fabrikasi, hingga manajemen data. Seiring dengan transformasi digital di sektor energi, jasa pengelolaan data geoscience dan operasional migas menjadi semakin vital.
Digitalisasi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga sejalan dengan agenda ESG (Environmental, Social, Governance) yang didorong Elnusa, terutama dalam upaya menekan jejak karbon operasional.
“Era energi ke depan adalah era data. Elnusa berada di jalur yang tepat untuk menjadi hub digital energi nasional,” ujar Arief Prasetyo Handoyo, Direktur Pengembangan Usaha Elnusa.
Strategi Tepat, Kepercayaan Investor Terjaga dan Pengembangan Bisnis
Meskipun laba bersih anjlok di semester I 2025, investor tetap optimistis. Saham ELNUSA menguat 5% ke 525 pada 21 Agustus 2025, dengan kenaikan year-to-date hampir 20%. Katalis positifnya: keberhasilan Elnusa melunasi Sukuk Ijarah Rp715,75 miliar pada 11 Agustus 2025 dengan kas internal—tanpa utang baru.
Langkah itu menjadi sinyal kuat bahwa manajemen keuangan Elnusa tetap konservatif, bahkan saat memperbesar fasilitas kredit.
Di tengah dinamika pasar modal yang penuh gejolak, PT Elnusa Tbk (ELNUSA) justru melaju kencang. Anak usaha PT Pertamina Hulu Energi yang tergabung dalam Subholding Upstream Pertamina ini berhasil membukukan tren kenaikan harga saham dan kapitalisasi pasar yang konsisten selama lima tahun terakhir.
Catatan manis dimulai pada 2021, ketika saham ELNUSA ditutup di Rp276 per lembar — masih di bawah harga IPO 2008 yang sebesar Rp400. Tahun berikutnya, tren positif mulai terasa dengan kenaikan 13% menjadi Rp312. Laju ini berlanjut di 2023, ketika saham naik 24% ke Rp388 dan kapitalisasi pasar meningkat dari Rp2,28 triliun menjadi Rp2,83 triliun.
Puncaknya terjadi pada Juni 2024, harga saham sempat menyentuh Rp545 dengan kapitalisasi Rp3,46 triliun. Momentum itu tidak berhenti. Juli 2025, ELNUSA kembali memecahkan rekor harga tertinggi dalam delapan tahun terakhir di Rp550 per lembar.
Direktur Keuangan Elnusa, Stanley Iriawan, menyebut tren positif ini sebagai cerminan respon pasar yang baik terhadap strategi perusahaan.
“Kinerja saham lima tahun terakhir mencerminkan fundamental yang kuat. Kami menjaga permodalan sehat, mengoptimalkan operasional, dan mengelola risiko secara bertanggung jawab,” ujarnya.
Stanley menambahkan, keberhasilan mempertahankan tren kenaikan adalah buah kerja sama seluruh tim, efisiensi, serta inovasi layanan. Ke depan, Elnusa fokus memperkuat daya saing dan menciptakan nilai tambah berkelanjutan bagi pemegang saham dan seluruh pemangku kepentingan.
Elnusa juga aktif membangun sinergi di lingkungan BUMN untuk memperluas peluang bisnis, memperkuat rantai pasok, serta mengoptimalkan belanja modal demi visi menjadi service company energi yang tangguh, baik untuk Pertamina maupun pihak eksternal.
Dari sisi pendanaan, dukungan perbankan semakin menguat — sinyal bahwa lembaga keuangan percaya pada prospek Elnusa. Transformasi digital juga digenjot untuk meningkatkan efisiensi, akurasi data, dan kualitas layanan.
Dengan DNA resilience dan inovasi selama lebih dari 55 tahun, Elnusa membuktikan diri sebagai pemain jasa energi terintegrasi yang mampu beradaptasi, bertumbuh, dan terus menarik minat investor.
Dalam catatan ruangenergi.com, Arief Prasetyo Handoyo, Direktur Pengembangan Usaha Elnusa, mengatakan saat ini Elnusa sedang mengembangkan teknologi dalam negeri untuk pembersihan dan inspeksi pipa yang dikenal dengan proses pigging. Pigging adalah proses peluncuran benda yang disebut Pipeline Inspector Gauge (PIG) yang berfungsi untuk membersihkan maupun inspeksi di dalam suatu sistem perpipaan.
“Elnusa selalu meningkatkan kualitas baik dari sisi produk maupun jasa pada setiap aktivitas Pigging, salah satunya dengan membuat dan mengembangkan produk pendukung yang digunakan yakni Foam PIG, sebagai material dasar yang digunakan dalam proses pig cleaning atau pembersihan pipa,” kata Arief disela diskusi bersama media, Jumat (14/3/2025) lalu.
Elnusa, lanjut Arief, juga tengah mengembangkan Binary Heat Exchanger for Geothermal dan Inflow Control Device (Downhole Flow Regulator), serta solusi Ecolift Hydraulic Pumping Unit untuk optimalisasi sumur idle. Pengembangan ini merupakan sinergi antar subholding Pertamina bersama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Komitmen terhadap energi berkelanjutan juga ditunjukkan dengan pengembangan Battery Charging Station dalam ekosistem kendaraan listrik (EV Ecosystems) serta implementasi teknologi Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS) untuk mendukung transisi energi.
Dalam aspek Pipeline Integrity Management, Elnusa mengembangkan In-Line Inspection Services untuk memastikan keandalan dan keselamatan jaringan pipa. Sementara itu, di bidang Well Production Improvement, Elnusa menghadirkan inovasi seperti Pertasolvent, Hydraulic Dilation Water Pumping, dan Automatic Well Performance Analyzer guna meningkatkan efisiensi serta optimasi produksi sumur migas.
Arief menambahkan, langkah pengembangan bisnis ini merupakan bentuk komitmen Elnusa dalam mendukung ketahanan energi nasional.
“Kami terus mengakselerasi pengembangan bisnis melalui inovasi yang tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan energi nasional dan keberlanjutan industri. Dengan strategi yang terarah, Elnusa siap menghadapi tantangan industri energi di masa depan,” kata Arief.
Wakil Ketua Energy Institute for Transtition (EITS) Mukhtar Wijaya, menilai kontribusi ELNUSA terhadap keberlanjutan pengembangan energi baru energi terbarukan (EBET) perlu diperbanyak. Perusahaan yang dipimpin oleh Bachtiar Soeria Atmadja itu, sebaiknya hand in hand dengan sesama anak usaha dari PT Pertamina (Persero) untuk memasifkan pemanfaatan energi terbarukan di lingkup badan usaha milik negara tersebut.
“Ke depan potensi bisnis EBET juga digarap dengan masif untuk bisa menambah portofolio perusahaan, plus peluang menambah pendapatan bisnis dari sektor non migas. Jangan sampai peluang bisnis ini diserobot oleh kompetitor bisnis ELNUSA,” jelas Mukhtar kepada ruangenergi.com, Minggu (24/08/2025), di Jakarta.
ELNUSA, lanjut Mukhtar, jangan sekedar mengembangkan Battery Charging Station dalam ekosistem kendaraan listrik (EV Ecosystems) serta implementasi teknologi Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS) untuk mendukung transisi energi, namun sebaiknya membentuk anak usaha jasa perawatan solar panel, jasa perawatan sumur geothermal dan transportir untuk Sustainable Aviation Fuel (SAF).