PLN EPI Dorong Generasi Muda Siapkan Diri Hadapi Transisi Energi

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com – Direktur Utama PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), Rakhmad Dewanto, menegaskan pentingnya generasi muda mempersiapkan diri menghadapi perubahan besar di sektor energi, terutama dalam transisi menuju energi bersih sekaligus menjaga ketahanan energi nasional.

Pernyataan tersebut disampaikan Rakhmad dalam CNN Indonesia Leadership Forum bertajuk “Responding to Challenges: Building Young Leaders for Indonesia’s Future” yang digelar di Auditorium Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, Selasa (9/9).

“Ke depan kita memang menuju energi baru terbarukan. Namun peralihan ini membutuhkan proses. Energi fosil tetap dibutuhkan dan akan berkurang secara bertahap,” ujar Rakhmad.

Rakhmad menjelaskan bahwa dinamika energi global saat ini menuntut setiap negara untuk tidak hanya fokus pada isu perubahan iklim atau energy sustainability, tetapi juga memperkuat ketahanan energi atau energy security.

“Sekarang semua negara berlomba-lomba mengamankan pasokan energinya masing-masing. Kemandirian energi yang sering digaungkan Presiden kita bukan sekadar jargon, melainkan sebuah realita,” jelasnya.

Menurut Rakhmad secara global permintaan minyak diperkirakan akan mencapai puncak pada akhir di 2030, sementara batu bara sudah mulai menurun. Namun, di Indonesia batu bara relatif masih stabil karena kebutuhan energi yang terus meningkat dan optimasi biaya pokok pembangkitan dari sisi energy affordability atau daya beli masyarakat.

Adapun gas diperkirakan masih tumbuh hingga 2050, termasuk melalui penerapan teknologi carbon capture dan cofiring hydrogen. Di sisi lain, biomassa sebagai carbon netral energi merupakan salah satu energi alternatif baru yang menjanjikan untuk mendukung transisi energi.

Saat ini, PLN EPI mengelola hampir 100 juta ton batu bara, sekitar 1.400 juta kaki kubik gas dan gas alam cair (Liquefied Natural Gas) per hari, 4 juta kiloliter BBM, serta mengembangkan bioenergy berbasis biomassa dengan target 3 juta ton biomassa. Upaya ini dilakukan untuk memastikan rantai pasok energi untuk kelistrikan berjalan efisien di tengah pertumbuhan ekonomi dan kenaikan populasi.

“Biomassa dari limbah pertanian, limbah industri dan hutan tanaman energi seperti sekam padi, jerami, cangkang sawit, serbuk gergaji potensinya di Indonesia mencapai 130 juta ton/tahun,” jelasnya.

Untuk mempercepat pengembangan ekosistem biomassa, PLN EPI menjalin kerja sama dengan mitra, baik untuk kebutuhan PLN dan untuk pasar ekspor. Selain itu, Perusahaan tengah mengembangkan digitalisasi melalui aplikasi biomassa guna membangun ekosistem biomassa untuk mengefisienkan rantai pasok biomassa.

Lebih lanjut, Rakhmad mengungkapkan bahwa dalam Roadmap Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034 menargetkan 76 % pembangkit akan berasal dari energi terbarukan (EBT) dalam 10 tahun kedepan. Sementara energi fosil akan tetap dimanfaatkan sebagai penyeimbang, terutama gas, sedangkan batu bara diarahkan untuk pembangkit mulut tambang.

“Ke depan, PLN akan merencanakan lebih banyak wind turbine, solar, geothermal, hydro, dan bioenergi. Ini adalah area yang bisa dikembangkan generasi muda,” tutur Rakhmad.

Rakhmad menambahkan, karyawan PLN EPI cukup beragam latar belakang pendidikan dengan 40% merupakan generasi muda. Kondisi ini menjadi modal penting untuk melahirkan inovasi karena mereka hadir dengan ide-ide segar dan keberagaman latar belakang.

“Saya percaya dengan keberagaman. Semakin beragam latar belakangnya, semakin kreatif dan berwarna pemikirannya. Yang penting generasi muda berusaha berinovasi, mengembangkan teknologi dan berusaha menjadi yang paling inovatif di bidangnya,” pungkas Rakhmad.

Acara CNN Indonesia Leadership Forum ini juga menghadirkan Menteri Koperasi RI Ferry Juliantono, Rektor Universitas Al Azhar Indonesia Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc., serta Direktur CNN Indonesia Desi Anwar, dengan Moderator Alfian Rahardjo.