Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Komitmen menjaga keselamatan kerja di industri pengeboran terus diperkuat oleh Fungsi Drilling & Well Intervention (DWI) melalui penerapan program Full Cycle Observation (FCO). Inisiatif strategis ini menekankan observasi menyeluruh di lapangan dengan sudut pandang “fresh eyes”, guna meninjau kondisi lokasi, peralatan, hingga perilaku kru secara objektif.
Program FCO mengandalkan evaluasi lintas zona, regional, dan fungsi peer. Pendekatan ini diyakini mampu menyoroti kelemahan yang kerap berulang—mulai dari aspek well control, potensi kebakaran, SIMOPS, integritas sumur, hingga penggunaan APD. Semua hasil pengamatan didokumentasikan dalam Rig Action List (RAL), yang menjadi acuan tindak lanjut serta dasar rekomendasi peningkatan HSSE (Health, Safety, Security, and Environment).
“Dengan populasi rig yang mencapai 273 unit dan 143 rigless, kolaborasi antar-SHU, regional, hingga zona menjadi kunci untuk menjangkau seluruh operasi,” jelas VP DWI SHU, Fata Yunus.
Hingga Agustus 2025, tercatat 115 FCO telah dilakukan di berbagai wilayah. Dari hasil tersebut, muncul Top 10 repetitive finding seperti peralatan keselamatan, sistem well control, peralatan listrik, kepatuhan dokumen, housekeeping, sistem sirkulasi lumpur, lifting & rigging, peralatan pengendali sumur, hingga instrumen di kabin driller. Temuan ini terbukti berkorelasi dengan Top 5 repetitive incident, yakni insiden benda jatuh, peristiwa well control, insiden pengangkatan, kasus kebakaran, serta tekanan tidak terkendali.
Penerapan FCO juga menunjukkan hasil nyata. Indikator keselamatan kerja mengalami penurunan signifikan: Lost Time Incident Rate (LTIR) dari 0,2 turun menjadi 0,05, sementara Total Recordable Incident Rate (TRIR) menyusut dari 0,4 menjadi 0,14 per Agustus 2025.
“Pencapaian ini membuktikan FCO efektif sebagai motor penggerak budaya keselamatan, sekaligus melengkapi program kampanye keselamatan lain seperti UCAD, Petrol, Assessment & Coaching, Sidak Live, maupun Telaga,” tegas Fata Yunus.