Kolaborasi Jadi Kunci! Indonesia Ajak Investor Global Kembangkan Migas dan Kejar Net Zero Emission

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com– Indonesia tak main-main dalam ambisinya mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) pada tahun 2030, sekaligus menapaki jalan menuju Net Zero Emission (NZE) di sektor energi pada 2060. Berbagai strategi agresif digulirkan pemerintah, termasuk jurus-jurus inovatif dan investasi jumbo, demi menjaga ketahanan energi nasional.

Plt. Direktur Pembinaan Program Migas, yang diwakili oleh Koordinator Kerja Sama Migas Pinta Uly Talytha Kumy, saat membuka forum Oil and Gas Talk di Jakarta International Expo (17/09), membeberkan deretan strategi andalan. “Kami terus berupaya mencapai target produksi migas nasional 1 juta BOPD pada 2030 dan Net Zero Emission di sektor energi pada 2060,” tegas Pinta, dikutip dari website Migas.

Salah satu jurus pamungkas yang menjadi sorotan adalah penerapan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Tak hanya itu, pemerintah juga fokus pada reaktivasi sumur-sumur “mangkrak” (idle), pengembangan infrastruktur LNG, pembangunan kilang, hingga gencar menawarkan lelang wilayah kerja migas baru.

Pinta menjelaskan bahwa CCUS bukan hanya solusi ramah lingkungan, tapi juga penambah daya gedor produksi migas. “Enhanced Oil Recovery (EOR) juga merupakan bagian dari teknologi CCUS, di mana CO2 digunakan untuk meningkatkan produksi minyak dan gas,” katanya. Namun, ia tak menampik bahwa implementasi CCUS, reaktivasi sumur, dan pembangunan infrastruktur migas butuh investasi super besar.

“Diperlukan kerangka hukum dan kebijakan, insentif, inovasi teknologi, keterlibatan publik, dan pendekatan internasional,” tambah Pinta, menggarisbawahi pentingnya ekosistem yang mendukung.

Ekonomi Kuat, Gas Jadi Jembatan Transisi

Kondisi ekonomi global yang masih bergejolak tak menyurutkan optimisme Indonesia. Koordinator Pengembangan Investasi Migas, Rizal Fajar Muttaqin, dalam forum yang sama, memaparkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kokoh. “Pertumbuhan ekonomi nasional untuk 2025 adalah 5% dan tahun depan, di 2026 diproyeksikan menjadi 5,4%,” ungkap Rizal. Angka ini jauh melampaui proyeksi global dan menunjukkan ketahanan ekonomi di tengah tekanan.

Rizal juga menegaskan posisi gas sebagai “jembatan” penting dalam transisi energi. “Pemerintah saat ini menjadikan gas sebagai jembatan untuk transisi energi, sehingga proyek pembangunan infrastruktur pipa transmisi dibiayai oleh APBN,” jelasnya. Ini dilakukan untuk mempercepat pemanfaatan gas domestik seiring dengan upaya percepatan pengembangan lapangan migas baru.

Kolaborasi dan Investasi: Kunci Masa Depan Migas

Pemerintah secara terbuka mengajak kolaborasi dari berbagai pihak untuk mendukung pengembangan industri migas. Peluang pembiayaan dan investasi, studi bersama, transfer teknologi, hingga peningkatan kapasitas menjadi tawaran menarik bagi para pelaku industri.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Migas Indonesia (ASPERMIGAS) Elan Biantoro, turut menekankan vitalnya industri migas dalam transformasi menuju energi baru terbarukan. “Oil and gas yang juga menjadi bagian dari transformasi untuk pergantian ke energi baru dan terbarukan masih sangat penting,” ujarnya.

Forum ini, menurut Elan, diharapkan menjadi ajang pertukaran ide untuk mencari solusi agar produksi migas Indonesia tidak lagi menurun dan investasi semakin menarik.