Tarakan, Kalimantan Utara, ruangenergi.com– Target ambisius produksi migas nasional 1 juta BOPD minyak dan 12 ribu MMSCFD gas pada 2029-2030 menuntut gerak cepat dari para operator hulu. Sebagai Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) menunjukkan keseriusannya dengan memaparkan strategi adaptif di hadapan Komisi XII DPR RI dalam Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) ke Tarakan, Kalimantan Utara, 17 September 2025.
Kunjungan yang melibatkan Ditjen Migas Kementerian ESDM dan Pemprov Kaltara ini bukan sekadar seremonial, melainkan fungsi pengawasan legislatif untuk memastikan sektor energi bergerak menuju target dan keberlanjutan. Sorotan utama kini ada pada upaya PHI mengelola lapangan-lapangan migas yang sudah matang (mature) seperti di Tarakan Field.
Direktur Utama PHI, Sunaryanto (Anto), membeberkan jurus jitu perusahaannya dalam menghadapi tantangan teknis, finansial, dan bisnis di tengah kondisi lapangan tua. Lapangan-lapangan ini memerlukan pendekatan yang jauh lebih inovatif agar tetap “napas” dan ekonomis.
Strategi utama yang digariskan PHI mencakup:
- Strategi Borderless: Memaksimalkan pemanfaatan aset migas secara lintas entitas anak perusahaan. Ini berarti sumber daya dan teknologi di satu area bisa dioptimalkan untuk mendukung area lain, menciptakan efisiensi yang lebih besar.
- Keekonomian Proyek: Fokus pada profitable investment (investasi yang menguntungkan), khususnya pada proyek-proyek di lapangan mature. Anto menekankan bahwa keekonomian yang baik adalah kunci keberlanjutan investasi dan produksi.
- Optimalisasi Biaya dan Insentif Fiskal: Menerapkan langkah efisiensi biaya yang ketat, sekaligus mengajukan insentif fiskal kepada pemerintah. Langkah ini penting untuk menjaga daya saing dan keekonomian aset yang biaya produksinya cenderung meningkat seiring usia.
“Kami percaya bahwa keekonomian yang baik pada proyek-proyek hulu migas, terutama di lapangan mature, akan mendukung keberlanjutan investasi dan produksi migas Perusahaan dalam mendukung ketahanan energi nasional sesuai Asta Cita pemerintah terkait swasembada energi,” ungkap Anto.
Dukungan Kebijakan dan Transisi Energi
Ketua Tim Kunspek Komisi XII DPR RI, Alfons Manibui, menyambut baik langkah-langkah adaptif PHI. Menurutnya, Sub-sektor hulu migas harus mampu beradaptasi melalui mitigasi yang tepat, apalagi Indonesia tengah menatap masa depan dengan pengembangan energi bersih menuju 2060.
“Komisi XII bersama pemerintah terus merumuskan langkah strategis, termasuk mendorong iklim investasi yang lebih kompetitif melalui perbaikan aturan fiskal,” jelas Alfons, menegaskan dukungan legislatif terhadap upaya menjaga keekonomian sektor hulu.
Sinergi antara legislatif, pemerintah, dan industri hulu migas yang tercermin dari kunjungan ini menjadi fondasi penting. PHI, melalui afiliasinya seperti PT Pertamina EP (PEP) Tarakan Field, berkomitmen untuk tidak hanya menjaga produksi (yang pada 2024 secara regional Kalimantan mencatatkan 58,4 MBOPD minyak dan 621,2 MMSCFD gas), tetapi juga menjamin operasi yang selamat, efisien, dan berkelanjutan sesuai prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Di akhir kunjungan, delegasi DPR juga meninjau langsung HSSE Demo Room di Tarakan Field, fasilitas yang menunjukkan komitmen PHI dalam meningkatkan pemahaman dan pelatihan kesehatan serta keselamatan kerja, memastikan energi dihasilkan tanpa mengorbankan keselamatan.
Kunjungan kerja ini menegaskan bahwa masa depan energi nasional sangat bergantung pada kemampuan operator seperti PHI untuk berinovasi dan menjaga napas “sumur-sumur tua” yang masih menjadi tulang punggung produksi. Bagaimana DPR dan pemerintah akan merespons permohonan insentif fiskal dari PHI?