Adaro Energy

Pandemi yang Berkelanjutan , Adaro Terapkan Efisiensi Operasional Hadapi Kondisi Pasar

Jakarta, Ruangenergi.comPT Adaro Energy, Tbk (Adaro) mengungkapkan, terjadi penurunan permintaan akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi dan minat beli yang lemah di negara- negara pengimpor utama telah berdampak terhadap harga batu bara global.

Hal itu sebagaimana diumumkan perseroan dalam laporan keuangan konsolidasian untuk sembilan bulan pertama tahun 2020 (9M20).

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer PT Adaro Energy, Garibaldi Thohir, mengatakan, di masa yang sulit ini, perusahaan terus berfokus terhadap operasi dan efisiensi biaya, serta mengimplementasikan strategi untuk memperkuat bisnis inti.

“Kami juga mengambil sikap waspada terhadap pengeluaran dan mengeksekusi rencana belanja modal dengan hati-hati. Meskipun disiplin terhadap suplai telah mulai dilakukan, kami perkirakan bahwa pemulihan pasar akan membutuhkan waktu yang lebih lama,” kata Boy Thohir sapaan akrabnya, dalam keterangan tertulisnya, (03/11).

Ia menambahkan, meskipun dibayangi oleh tantangan ekonomi makro, Perseroan masih dapat mempertahankan operasi yang solid.

Menurutnya, kondisi pasar batu bara yang sulit akibat ekonomi global yang masih belum kondusif karena pandemi yang berkepanjangan terus menekan profitabilitas perusahaan.

“Meskipun ketidakpastian masih ada, model bisnis kami yang terintegrasi memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan efisien dalam menghadapi tantangan ini. Di sisi yang positif, kami mulai melihat beberapa tanda rebalancing di pasar batu bara berkat disiplin terhadap suplai,” imbuhnya.

Selain itu, katanya, Adaro tetap merasa optimis terhadap fundamental industri di jangka panjang, dan dalam menghadapi tantangan jangka pendek.

“Kami berfokus untuk menjaga kas, memperkuat struktur permodalan dan posisi keuangan, bertahan di jalur yang sudah ada, terus mengeksekusi strategi untuk memastikan kelangsungan bisnis, dan tetap bersumbangsih terhadap pembangunan nasional,” papar Boy.

Adaro

Pendapatan Usaha Turun 26%

Pada periode 9M20, Perseroan mencatat bahwa pendapatan usaha turun sebesar 26% year-over-year (y-o-y) menjadi AS$1.955 juta dari sebelumnya US$ 2.654 juta.

Hal tersebut karena didorong oleh penurunan Average Selling Price (ASP) dan volume penjualan, yang masing- masing turun 18% dan 9%.

Pasar batu bara belum kondusif karena permintaan batu bara global masih lemah. Walaupun pasar batu bara termal seaborne turun secara y-o-y, berkat disiplin terhadap suplai, mulai terlihat tanda-tanda rebalancing pada 3Q20. Pada periode ini, produksi dan penjualan batu bara masing-masing mencapai 41,10 juta ton dan 40,76 juta ton, setara dengan penurunan 7% dan 9% y-o-y.

Selain itu, Beban pokok pendapatan turun 20% y-o-y menjadi AS$1.492 juta, periode yang sama tahun sebelumnya sebesar  US$ 1.855 juta. Hal tersebut terjadi karena penurunan pada nisbah kupas serta pembayaran royalti kepada pemerintah pada 9M20.

Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) turun 17% y-o-y akibat penurunan nisbah kupas maupun harga bahan bakar.

Pada 9M20, biaya bahan bakar turun 28%, karena harga bahan bakar turun secara y-o-y dan konsumsi bahan bakar turun 18% seiring menurunnya produksi dan nisbah kupas.

Royalti yang Dibayarkan kepada Pemerintah juga mengalami penurunan sebesar 27% y-o-y menjadi AS$207 juta, karena pendapatan dan ASP untuk 9M20 juga lebih rendah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *