Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com– Di panggung Konferensi dan Pameran Minyak & Gas Asia Pasifik (APOGCE) 2025, Selasa (14/10), Indonesia tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi sebagai tuan rumah yang menawarkan harapan baru di sektor energi.
Melalui Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Laode Sulaiman, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara resmi mengundang investor untuk “berburu raksasa” energi yang masih tersembunyi di bawah laut dan daratan Nusantara.
Melalui Indonesia Petroleum Bidding Round (IPBR) Putaran Kedua Tahun 2025, sembilan blok migas baru resmi ditawarkan. Sembilan wilayah kerja (WK) ini menjadi harapan besar bangsa untuk menemukan cadangan baru demi menopang ketahanan energi di masa depan.
Harapan Menemukan ‘Lavender’ Baru
Harapan itu bukan tanpa alasan. Apa yang ditawarkan kali ini memiliki potensi yang sangat signifikan. Di lepas pantai Andaman, blok Jalu dan Southwest Andaman menjadi primadona dengan taksiran potensi gas masing-masing mencapai 2,9 TCF dan 3 TCF. Di lepas pantai Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, blok Barong juga tak kalah menggiurkan dengan estimasi 2,9 TCF gas.
Angka-angka triliunan kaki kubik ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia masih menyimpan potensi giant discovery. Publik baru saja menyaksikan bagaimana blok Lavender—yang dimenangkan oleh Pertamina Hulu Energi dalam lelang sebelumnya—memiliki estimasi sumber daya gas jumbo hingga 10 TCF. Lelang kali ini adalah upaya untuk menemukan ‘Lavender-Lavender’ baru.
Potensi besar juga tersebar di blok lain:
- Bintuni (Papua Barat): Estimasi 2,1 TCF gas.
- Abar-Anggursi (Lepas Pantai Jawa Barat): Estimasi 1,8 TCF gas atau 357 MMBO minyak.
- Gagah (Sumatera Selatan): Estimasi 1,1 TCF gas atau 173 MMBO minyak.
- Karunia (Sumatera Utara & Riau): Estimasi 82 MMBO minyak dan 132 BCF gas.
- Delapan Muaro (Jambi & Sumsel): Estimasi 953 BCF gas atau 56 MMBO minyak.
- Drawa (Papua Barat): Estimasi 360 BCF gas.
Tantangan Regulasi yang ‘Terkunci Rapat’
Meski potensi geologi melimpah, Dosen Universitas Pertamina sekaligus pakar migas, Dr. A. Rinto Pudyantoro, mengatakan bahwa harta karun migas Indonesia masih terkunci di balik regulasi yang berlapis.
“Indonesia punya harta karun migas yang luar biasa, tapi sayangnya terkunci rapat di balik pintu regulasi yang berlapis,” ujar Rinto di hadapan jurnalis sektor energi, Rabu (15/10/2025), di Jakarta.
Rinto memaparkan data dari Fraser Institute yang menunjukkan Investment Attractiveness Index Indonesia anjlok drastis: dari skor 73,09 (peringkat 27 dunia pada 2019) menjadi hanya 45,17 (peringkat 56 dari 86 negara pada 2023).
Penyebab utamanya, menurut Rinto, bukan pada geologi, melainkan pada regulasi yang berubah-ubah, birokrasi panjang, hingga perizinan yang saling tumpang tindih antar lembaga.
“Kalau di Malaysia, Petronas bisa jadi koordinator tunggal sehingga approval cepat. Di Indonesia, persetujuan PoD (Plan of Development) bisa makan waktu lama,” jelas Rinto.
Percepatan Proyek Migas
Dalam catatan ruangenergi.com, Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, menegaskan bahwa percepatan proyek hulu migas menjadi langkah kunci untuk menjaga pasokan dan mendukung program swasembada energi yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto.
Hal ini disampaikannya dalam konferensi pers kinerja hulu migas semester I-2025 di Jakarta, Senin (21/7/2025). Djoko optimistis target tahun ini dapat tercapai, didukung oleh realisasi produksi yang membaik.
“Alhamdulillah, realisasi produksi semester pertama tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Kami akan berupaya sekuat tenaga agar Desember nanti bisa mencapai 100 persen dari target,” ujarnya.
Target produksi atau lifting migas nasional tahun 2025 ditetapkan sebesar 1,61 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Target ini terdiri dari 605 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan 1,005 juta BOEPD gas bumi.
Momentum Menjemput Bola
Sembilan blok yang ditawarkan ini adalah langkah awal dari strategi jangka panjang. Data Kementerian ESDM menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 128 cekungan sedimen, namun baru 20 cekungan yang saat ini berproduksi. Masih ada 108 ‘raksasa tidur’ yang potensinya belum terjamah, terutama di kawasan Indonesia Timur dan area laut dalam.
Lelang Putaran Kedua 2025 ini adalah momentum bagi Indonesia. Tujuh blok ditawarkan melalui Penawaran Langsung, satu blok melalui Penawaran Langsung Tanpa Studi Bersama (Blok Gagah), dan satu blok melalui Lelang Reguler (Abar-Anggursi).
Pemerintah telah menetapkan jadwal yang jelas: batas waktu pemasukan dokumen partisipasi adalah akhir November 2025 untuk Penawaran Langsung dan awal Februari 2026 untuk Lelang Reguler.
Ini adalah pertaruhan strategi, sebuah upaya ‘jemput bola’ untuk menarik kembali investasi hulu migas. Dengan triliunan kaki kubik gas dan jutaan barel minyak di etalase, Indonesia kini menanti investor pemberani untuk ikut serta menggali harapan baru demi masa depan energi bangsa.













