Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi,com– Kabar gembira datang dari sektor hulu minyak dan gas bumi nasional. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan bahwa PT. Pertamina EP Asset 3 Zona 7 telah berhasil menemukan tambahan produksi minyak signifikan dari sumur pengembangan baru di Jawa Barat.
Sumur yang diberi nama Akasia Prima (AKP-003) tersebut telah berhasil melalui tahap uji produksi pada tanggal 16 Oktober 2025. Hasil sementara menunjukkan sumur ini mampu memproduksi minyak mentah hingga 729 barel per hari (BOPD).
Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, dalam laporannya menyatakan bahwa temuan ini merupakan “Good News” bagi upaya peningkatan produksi migas nasional.
“PT. Pertamina EP Asset 3 Zona 7 telah melakukan tajak (pengeboran awal) sumur pengembangan Akasia Prima (AKP-003) pada 8 September 2025… per tanggal 16 Oktober 2025 telah berhasil melakukan uji produksi dengan hasil sementara dapat mencapai 729 BOPD,” jelas Djoko Siswanto dalam laporan tersebut.
Lokasi pengeboran ini terletak di Struktur Akasia Prima, Provinsi Jawa Barat, dengan target utama pada formasi Pre TAF di lapisan Konglomerat (CGL).
Pengeboran Efisien, Biaya di Bawah Anggaran
Selain hasil produksi yang menjanjikan, proyek pengeboran ini juga mencatatkan efisiensi dari sisi waktu dan biaya. Pengeboran sumur AKP-003 dilakukan secara miring (directional J-Type) menggunakan rig PDSI #12.3/N110-M berkekuatan 1500 HP.
Sumur tersebut berhasil menembus kedalaman akhir 2.456 meter (mMD) dalam total waktu 40 hari.
Dari sisi biaya, proyek ini menunjukkan efisiensi yang signifikan. Estimasi biaya yang telah dikeluarkan (based on field estimate) adalah sebesar USD 6,26 juta. Angka ini baru mencapai 69,3% dari total anggaran (AFE) yang telah disetujui oleh SKK Migas, menunjukkan penghematan biaya yang substansial.
Saat ini, tim di lapangan masih terus melanjutkan uji produksi untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Rencananya, sumur Akasia Prima (AKP-003) akan segera dialirkan dengan tingkat produksi yang paling optimum untuk berkontribusi secara penuh pada produksi minyak nasional.













