Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com– Di tengah gempita eksplorasi migas, Pertamina Subholding Upstream memaparkan strategi yang tak kalah vital: merebut kembali setiap tetes minyak dari sumur-sumur tua yang selama ini “tertidur.”
Mulai dari kebangkitan Anjungan EZB di lepas pantai Subang, hingga bunyi mesin yang berulang dari pompa angguk peninggalan Belanda di Tarakan dan Blora, upaya optimalisasi aset eksisting ini menjadi penopang baru ambisi produksi migas nasional.
Ini adalah sebuah gerakan multi-front yang menunjukkan bahwa, di mata Pertamina, setiap potensi—sekecil apapun—tetap berharga bagi kemandirian energi Indonesia.
Kisah paling dramatis datang dari lepas pantai Jawa. PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) berhasil menghidupkan kembali Anjungan EZB, yang telah nonaktif sejak 2010.
Setelah analisis mendalam dan penerapan teknologi adaptif, dua sumur awal (EZB-1S dan EZB-3S) kini berkontribusi sebesar 374 barel minyak per hari (BOPD). General Manager PHE ONWJ, Muzwir Wiratama (Wira), menyebut ini adalah bukti komitmen Amanah dalam mengelola aset negara.
“Ini adalah bukti kompetensi para Perwira PHE ONWJ yang mumpuni. Mereka berhasil mengidentifikasi metode paling efektif, dalam hal ini optimalisasi gas lift. Sederhananya, kami memberikan ‘napas buatan’ atau dorongan energi baru ke dalam sumur untuk membantu mengangkat minyak yang tersisa ke permukaan,” jelas Wira.
Wira menekankan bahwa keberhasilan ini menjadi model bahwa ketahanan energi tidak hanya bergantung pada penemuan baru, melainkan kecerdasan dalam mengelola sumber daya yang telah dimiliki.
Jejak Kolonial di Tarakan dan Sentuhan Kemitraan di Cepu
Strategi serupa, namun dengan pendekatan kemitraan yang memberdayakan masyarakat, terlihat jelas di wilayah lain. Di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, pemandangan pompa angguk (sucker rod pump) yang berulang kali mengangguk di dekat pemukiman warga adalah simbol ketangguhan industri migas tua.
Manajer PT Pertamina EP Tarakan, Cahyo Tri Mulyanto, mengungkapkan bahwa dari sekitar 1.300-an sumur tua sisa kolonial Belanda, 500-an sumur telah direaktivasi dengan produksi saat ini mencapai 720 BOPD.
Sementara itu, untuk memastikan tata kelola yang aman, andal, dan efisien, PT Pertamina EP Regional Indonesia Timur baru saja menandatangani Perjanjian Kerjasama Operasi Sumur Idle dan Sumur Tua di lapangan Cepu (Blora dan Bojonegoro). Kemitraan ini melibatkan dua Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan satu Koperasi Unit Desa (KUD): PT Blora Patra Energi, KUD Warga Tani Makmur, dan PT Bojonegoro Bangun Sarana.
Plt Direktur Utama PT Pertamina EP, Muhamad Arifin, menegaskan bahwa perjanjian ini menjadi implementasi Peraturan Menteri No. 14 Tahun 2025 yang memberikan dasar legalitas bagi operasi sumur tua yang dikelola oleh BUMD dan KUD.
Bupati Blora, Arief Rohman, menyambut baik langkah ini, mengingat ada potensi 1.000 sumur di Blora yang bisa dioptimalkan. “Saat ini 1.500 warga menggantungkan hidup dari sumur tua. Dengan pendandatangan kerjasama ini perputaran ekonomi di Blora… segera bangkit kembali,” ujarnya.
Injeksi Kimia Canggih di Blok Rokan: Masa Depan EOR
Gema reaktivasi sumur tua juga diiringi dengan terobosan teknologi di ladang minyak terbesar. PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), Subholding Upstream Regional 1 Sumatera, bersiap melakukan injeksi kimia pada pengurasan minyak tahap lanjut, yang dikenal sebagai Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) di Lapangan Minas, Blok Rokan.
Langkah ini menandai Lapangan Minas sebagai lapangan pertama di Indonesia yang menerapkan metode CEOR pada skala komersial. Seperti dikatakan oleh Senior Petroleum Engineer Chemical PHR, Agus Masduki, optimis proyek ini dapat menambah puncak produksi minyak di Lapangan Minas hingga 2.800 barel per hari (bph) pada tahap awal. Jika dilakukan dalam skala penuh pada 2028, target tambahan produksi minyak bisa melonjak signifikan, mencapai 30 ribu hingga 50 ribu bph.
Direktur Utama PHR, Ruby Mulyawan, menyatakan bahwa proyek ini membutuhkan tahapan eksekusi yang komprehensif, termasuk pemboran sumur, perbaikan sumur (workover), dan injeksi bahan kimia.
Secara keseluruhan, rangkaian upaya reaktivasi sumur-sumur tua oleh Pertamina ini—mulai dari strategi gas lift di anjungan lepas pantai, kemitraan BUMD/KUD di Jawa, hingga inovasi CEOR di Rokan—menunjukkan komitmen agresif untuk memaksimalkan setiap aset eksisting. Ini adalah wujud kolaborasi solid dan kompetensi tinggi yang menjadikan sumur-sumur tua sebagai pilar baru dalam mendukung pencapaian target produksi nasional demi kedaulatan dan ketahanan energi Indonesia.













