Di ADIPEC Menggaung Pesan: Ayo berkolaborasi. Masa Depan Energi Rendah Karbon Dimulai Sekarang dan Indonesia Siap Memimpinnya

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Abu Dhabi, UEA, ruangenergi.com— Di tengah gemerlap panggung Abu Dhabi International Petroleum Exhibition and Conference (ADIPEC) 2025, paviliun Indonesia menjadi magnet bagi para pelaku industri energi global.

ADIPEC berlangsung dari 3 – 6 November 2025. Acara ini berlangsung selama empat hari di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab

Bukan hanya karena potensi sumber daya migasnya, tetapi karena satu pesan yang tegas: Indonesia siap menjadi pusat pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS) di Asia Tenggara.

Dalam forum energi bergengsi tersebut, Indonesia mengajak investor global mempercepat kolaborasi proyek CCS/CCUS di sektor hulu migas. Ajakan ini sejalan dengan arah besar ASEAN dalam memperkuat peran kawasan menuju energi rendah karbon dan mempercepat transisi energi.

“Kami terbuka untuk semua bentuk kolaborasi strategis. Pengembangan CCS/CCUS bukan hanya soal teknologi, tetapi tentang komitmen terhadap keberlanjutan energi dan peran Indonesia di kancah global,” ujar Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, di sela kegiatan ADIPEC 2025.

Langkah Indonesia bukan sekadar wacana. Sejumlah proyek CCS/CCUS kini telah masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Salah satunya adalah bp Tangguh UCC, yang ditargetkan beroperasi pada kuartal ketiga 2028. Dengan kapasitas penyimpanan hingga 1,8 gigaton CO₂, dimana angka tersebut setara dengan 56 cargo LNG dan menghasilkan 4.700 BOPD kondensat. Sudah begitu, proyek ini akan menjadi salah satu yang terbesar di dunia.

Selain itu, Indonesia sedang mengembangkan 19 proyek CCS/CCUS lainnya yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk Aceh yang disiapkan sebagai open CCS/CCUS hub oleh BPMA. Sejak 2019, Aceh telah menjalani studi geologi, evaluasi potensi penyimpanan karbon, hingga perencanaan model monetisasi yang membuka peluang bisnis baru.

“Lebih dari sekadar menurunkan emisi, CCS/CCUS membuka jalan bagi transfer teknologi, riset geologi, serta pembangunan ekosistem industri karbon di Aceh dan sekitarnya,” ujar Brianto Adhie Wardhana, G&G Technical Lead BPMA.

Dengan semangat membara delegasi Indonesia tak hanya datang dengan potensi, tetapi juga menggaungkan kepastian regulasi. Buktinya,  ASEAN Centre for Energy (2024) mencatat bahwa Indonesia memiliki kerangka hukum CCS/CCUS paling komprehensif di Asia Tenggara.

Beberapa regulasi kunci antara lain: Perpres No. 14/2024: membuka peluang monetisasi karbon dan insentif pajak. Permen ESDM No. 20/2023: CCS/CCUS dapat menjadi bagian dari biaya operasi migas. Permen ESDM No. 16/2024: mengatur wilayah izin penyimpanan karbon. Artinya, investor kini memiliki jalur hijau—jelas, terstruktur, dan menguntungkan.

Selain CCS/CCUS, Indonesia juga tampil percaya diri sebagai salah satu pemain migas yang menjanjikan di Asia-Pasifik. Penemuan big gas di Geng North dan Layaran pada 2023 menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, masing-masing dengan potensi 500–600 juta BOE. Awal 2024, penemuan di Tangkulo memperkuat tren positif dengan potensi 200 juta BOE.

“Ini waktu yang tepat bagi investor global untuk bekerja sama dengan Indonesia, Kami punya sumber daya, regulasi yang jelas, dan visi menuju kemandirian energi nasional,” tegas Djoko.

Indonesia Hadir untuk Bersinergi, Bukan Sekadar Pamer Potensi

Untuk memperkuat jalinan dengan calon mitra global, SKK Migas bersama Kementerian ESDM dan Pertamina Group menggelar forum investasi bertajuk International Stakeholder Engagement & Investment Forum di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Abu Dhabi. Pejabat tinggi migas dan perusahaan global bertemu, berdiskusi, dan menjajaki kerja sama.

Delegasi Indonesia terdiri dari SKK Migas, Kementerian ESDM, BPMA, delapan KKKS, dan lima Perusahaan Dalam Negeri.

Tema paviliun Indonesia: “Potentials to Discover, Partners to Deliver.”

Tema ini mencerminkan spirit baru Indonesia: bukan hanya menawarkan potensi, tetapi menyediakan kepastian kerja sama untuk deliver hasilnya.

Indonesia dan Masa Depan Energi Rendah Karbon

Dari penemuan gas besar hingga terobosan CCS/CCUS, Indonesia menegaskan diri sebagai pemain kunci dalam perjalanan menuju energi rendah karbon—bukan hanya untuk negeri sendiri, tetapi juga untuk kawasan dan dunia.

Di ADIPEC 2025, pesan Indonesia sederhana tetapi menggaung kuat: “Ayo berkolaborasi. Masa depan energi rendah karbon dimulai sekarang — dan Indonesia siap memimpinnya!”

ADIPEC 2025 bukan sekadar pameran. Ia adalah titik deklarasi.

Bahwa Indonesia siap berubah.
Bahwa sumber daya bukan takdir, tetapi modal untuk berdaulat.

Dari Abu Dhabi, Indonesia mengirim pesan ke dunia:

Kami tidak lagi sekadar pemasok bahan mentah.
Kami adalah mitra strategis.
Kami adalah kekuatan energi bangsa.