Jakarta, 12 November 2025 – Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengungkapkan potensi besar migas Indonesia yang belum tergarap. Dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI, Djoko memaparkan bahwa dari total 128 cekungan (basin) hidrokarbon yang dimiliki Indonesia, baru 20 yang sudah berproduksi, sementara 65 cekungan lainnya belum tersentuh eksplorasi.
“Kita masih punya kira-kira 65 basin yang belum dieksplorasi. Di sinilah peluang besar untuk menemukan cadangan baru. Kalau ini bisa dimaksimalkan, kita berpeluang kembali mencapai swasembada energi,” ujar Djoko di hadapan anggota dewan.
Menurutnya, upaya eksplorasi tersebut membutuhkan anggaran besar, terutama untuk kegiatan survei seismik dan pengeboran sumur eksplorasi. SKK Migas menegaskan perlunya dukungan investasi swasta dan kebijakan fiskal yang mendukung eksplorasi.
Djoko juga menyampaikan bahwa pemerintah tengah menyiapkan 75 blok migas baru yang akan dilelang secara bertahap mulai 2025 hingga 2027.
“Untuk tahun 2024 lelang sudah selesai. Sekarang proses 2025 berjalan, dan akan berlanjut sampai 2027,” jelasnya.
Ia menegaskan, 100% pendanaan eksplorasi blok-blok baru ini akan mengandalkan investasi swasta, bukan dari APBN. Namun Djoko membuka kemungkinan, jika ada kebijakan pemerintah mengembalikan sebagian penerimaan migas untuk kegiatan eksplorasi, potensi temuan baru bisa meningkat signifikan.
Djoko juga melaporkan capaian positif produksi migas nasional tahun ini. Hingga 10 November 2025, produksi minyak Indonesia telah mencapai 606 ribu barel per hari (BOPD), melampaui target APBN 2025 sebesar 605 ribu BOPD.
Bahkan, proyeksi hingga akhir Desember diperkirakan bisa mencapai 623 ribu BOPD.
“Alhamdulillah, per tanggal 10 November kita sudah mencapai 606 ribu barel per hari. Ini di atas target. Mudah-mudahan bisa bertahan sampai akhir Desember,” ujarnya optimistis.
Kontributor Terbesar Produksi Nasional
Djoko merinci beberapa kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang menjadi tulang punggung produksi nasional, antara lain:

Selain itu, beberapa lapangan lain seperti Petronas Ketapang, Saka Indonesia Pangkah, dan Jambi Merang juga berkontribusi terhadap total produksi nasional.
Dorong Produksi LPG Domestik untuk Kurangi Impor
Djoko juga menyoroti pentingnya pengembangan produksi LPG dari lapangan gas domestik.
Saat ini, fasilitas pengolahan gas di ONWJ tengah dikembangkan untuk menghasilkan 170.000 kilogram LPG per hari.
“Kita dorong semua lapangan gas yang mengandung C3 dan C4 agar bisa memproduksi LPG. Tujuannya mengurangi impor LPG yang masih tinggi,” kata Djoko.
Selain dari ONWJ, produksi LPG juga dihasilkan dari beberapa proyek seperti PetroChina, Medco Rimau, dan Petrogas Papua, dengan total tambahan produksi sekitar 23.000 barel oil equivalent per hari (BOEPD) dari NGL dan kondensat.
Di akhir paparannya, Djoko mengingatkan bahwa tanpa penemuan cadangan besar baru, produksi nasional akan terus menurun.
“Kalau kita tidak menemukan cadangan baru yang besar, dari 1,6 juta barel per hari dulu bisa turun jadi 600 ribu. Jadi, eksplorasi adalah satu-satunya jalan,” tegasnya.
Djoko menekankan bahwa mempertahankan produksi eksisting saja sudah menjadi tantangan besar, apalagi menambah cadangan baru. Karena itu, SKK Migas terus mendorong investasi eksplorasi sebagai fondasi utama ketahanan energi nasional.












