Belém, Brasil, ruangenergi.com – Program Desa Energi Berdikari (DEB) bergaung di Kota Belém, Brasil, di hadapan mahasiswa-mahasiswi Universidade Federal Rural de Amazonia (UFRA). Acara ini dilakukan di sela rangkaian kegiatan PT Pertamina (Persero) pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30). Disana, Pertamina berbagi upaya pemberdayaan masyarakat untuk menyediakan energi berbasis sumber daya lokal.
Senior Expert Environment Policy, Standard & Risk Management PT Pertamina (Persero), Pretty Mayang Arum menjelaskan bahwa Desa Energi Berdikari merupakan program unggulan Pertamina dalam pengembangan komunitas lokal yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi dampak lingkungan.
“Program DEB dirancang untuk mempromosikan upaya Pertamina dalam melakukan konservasi energi melalui adopsi energi terbarukan yang dapat mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat sekaligus menjaga ketahanan iklim,”ujar Pretty di sesi talkshow bertema “From Indonesia to Brazil: How Non-Party Stakeholders Drive Stronger Climate Action” yang diselenggarakan di Universidade Federal Rural da Amazônia (UFRA), Curió-Utinga, Belém, Brasil, Kamis, (13/11/2025).
Pretty menjelaskan bahwa program DEB memiliki tiga tema utama. Pertamina, Desa Pesisir Modern yang dikembangkan di 42 desa dan berfokus pada penggunaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas nelayan. Kedua, Desa Wisata Energi yang kini mencapai 54 desa dan mendukung swasembada berbasis energi baru terbarukan sembari mengembangkan potensi wisata lokal. Ketiga, Desa Pangan Berkelanjutan yang mencakup 156 desa yang turut meningkatkan hasil panen dari tanaman padi hingga sayuran untuk menjaga ketahanan pangan. Secara keseluruhan, Pertamina telah menjalankan DEB di 252 Desa yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Dalam paparannya, Pretty juga menunjukkan bagaimana DEB telah mengadopsi 47 teknologi adaptif lokal berbasis energi terbarukan, termasuk irigasi berbasis soil sensor, mesin produksi pengering padi, hingga sistem monitoring Internet of Things (IoT). Teknologi tersebut berkontribusi pada peningkatan akses energi bersih, penguatan ekonomi desa, dan penurunan emisi karbon secara signifikan.
Pretty menegaskan bahwa keikutsertaan Pertamina di COP30 menjadi momentum penting untuk berbagi pengetahuan sekaligus membuka peluang kolaborasi global.
“Untuk mencapai hal tersebut, Pertamina mengajak keterlibatan mitra melalui pendanaan bersama untuk sistem energi terbarukan serta teknologi yang diadopsi secara lokal maupun program peningkatan kapasitas berupa pelatihan atau pendampingan program. Implementasi teknologi tersebut dapat memperluas akses energi bersih sekaligus meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian desa,” tambah Pretty.
Ia menambahkan bahwa kesamaan kondisi geografis dan budaya antara Indonesia dan Brazil membuka peluang pertukaran pembelajaran yang lebih luas, termasuk kemungkinan kunjungan lapangan dan adopsi teknologi di masa mendatang. Pertamina berharap kolaborasi lintas negara ini dapat mempercepat transisi energi sekaligus memperkuat peran komunitas lokal dalam mencapai ketahanan energi dan iklim.
Di tempat terpisah, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Muhammad Baron menambahkan, langkah Pertamina dalam mengekspose DEB ke berbagai stakeholder merupakan upaya untuk menggambarkan ragam budaya bangsa, sekaligus pemanfaatan energi transisi di Indonesia.
“Dalam kegiatan COP30, Pertamina banyak melakukan diskusi dan berbagi informasi dengan para stakeholder, terutama terkait energi transisi dan upaya menjaga perubahan iklim. Interaksi antara Pertamina dengan para stakeholder, seperti akademisi di Belem ini, diharapkan dapat memberi paradigma baru untuk pengembangan DEB ke depan,” jelas Baron.












