Ada Pesan Dari Energy Watch, Naikkan Harga Pertamax di Tahun 2022

Jakarta,ruangenergi.com-Di penghujung tahun 2021, Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menyampaikan pesan kepada Pemerintah Republik Indonesia.

Terkait dengan BBM Umum, jika mengacu kepada Permen ESDM No 20 Tahun 2021,tepatnya di pasal 8, sudah sangat jelas tertulis ditentukan oleh Badan Usaha

Mengingat harga minyak dunia yang terus meningkat jika dibandingkan tahun 2020 sedangkan PT Pertamina (Persero) belum pernah ada penyesuaian untuk harga Pertamax dan Pertalite, maka sudah seharusnya di tahun 2022 nanti Pertamax bisa di naikan.

Jika mengacu kepada harga keekonomian, maka Pertamina sudah menanggung selisih harga 3000-4000 per liter untuk jenis Pertamax maupun Pertalite.

Hal ini membuat Pertamina merugi karena tidak ada penyesuaian harga meskipun konsumsi Pertamax saat ini hanya 16.7% dari total konsumsi gasoline atau 11% dari total konsumsi BBM Nasional tetapi karena selisihnya cukup banyak maka tetap memberatkan bagi keuangan Pertamina.

Demikian pesan akhir tahun 2021 yang disampaikan Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com,Jumat (31/12/2021) di Jakarta.

Untuk Pertalite, lanjut Mamit, karena Premium akan dihapuskan dan konsumsi saat ini 70% jika dibandingkan dengan komsumsi gasoline atau 47% dari total konsumsi BBM,maka pemerintah harus menaikan posisi Pertalite dari BBM Umum menjadi BBM Penugasan.

“Dengan demikian Pertamina akan mendapatkan dana kompensasi dari Pemerintah meskipun Pertalite tidak dinaikan. Jika posisi Pertalite tetap sama dengan tahun 2021 dimana masuk ke BBM Umum maka ini akan sangat memberatkan bagi keuangan Pertamina, kecuali Pertamina menaikan harga jual Pertalite agar menutup kerugian yang mereka terima,”pungkas Mamit dengan semangat.

Dalam catatan ruangenergi.com, selama 2021 harga minyak mentah dunia melonjak lebih dari 50% dibandingkan awal tahun dan komoditas ini masih menjadi primadona bagi pelaku pasar. Harga minyak mentah dunia mengalami goncangan sepanjang tahun 2021 yang membuat harga ini memanas dan mendingin secara fluktuatif.

Berbagai faktor memicu fluktuasi harga sepanjang 2021. Gelombang Covid-19 yang mengganas, pembatasan mobilitas masyarakat dunia, serta badai tropis Ida dan Nicholas yang menghantam Amerika Serikat, merupakan sebagian penekannya. Ditambah lagi adanya rencana penambahan pasokan oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitranya yang tergabung dalam OPEC+.

Di sisi lain, program vaksinasi Covid-19, berbagai paket stimulus besar di banyak negara, tindakan produsen top dunia membatasi pasokan, serta pemulihan ekonomi global, telah mendorong permintaan minyak. Hal ini menjadikan harga komonditas ini menjadi bergairah kembali bahkan sempat menyentuh level tertinggi sepanjang 14 tahun terakhir.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *