Jakarta, Ruangenergi.com – PT Adaro Energy, Tbk (ADRO) mengumumkan kinerja keuangan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2021 (1H21).
KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (anggota Jaringan Global PriceWaterhouse Cooper) melaksanakan kajian terbatas terhadap laporan keuangan 1H21 AE. Perusahaan mencatat peningkatan profitabilitas yang ditopang oleh kondisi pasar batu bara yang baik dan mencapai
EBITDA operasional yang solid sebesar AS$635 juta, atau naik 36% dari tahun ke tahun (y-o-y).
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer, Garibaldi Thohir, mengatakan, ADRO berhasil mempertahankan marjin EBITDA operasional yang solid sebesar 41% dan terus berfokus pada keunggulan operasional untuk memastikan pencapaian target dan kinerja yang baik.
“Suplai yang ketat di pasar batu bara mendorong kenaikan dan menopang harga batu bara yang tinggi pada periode laporan ini. Akibat hambatan suplai, negara-negara penyuplai utama batu bara tidak mampu memenuhi permintaan yang tinggi berkat pemulihan ekonomi yang terkait dengan kondisi pandemi,” katanya.
Ia menambahkan, harga batu bara mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir dan dengan demikian memungkinkan AE membukukan profitabilitas yang baik pada periode ini.
“ADRO menghasilkan EBITDA operasional yang memuaskan sebesar AS$635 juta dan laba inti sebesar AS$330 juta, atau masing-masing naik 36% dan 45% y-o-y, yang mencerminkan kualitas labanya. Walaupun kondisi pasar membaik, AE akan terus mempertahankan disiplin dan fokusnya pada keunggulan operasional serta efisiensi di sepanjang rantai pasokan batu baranya yang terintegrasi secara vertikal,” paparnya.
Selain itu, lanjutnya, ADRO mencatatkan Pendapatan Usaha, Harga Jual Rata-Rata dan Produksi AE mencatat pendapatan usaha sebesar AS$1.563 juta pada 1H21, atau naik 15% dari 1H20, terutama karena kenaikan 25% y-o-y pada harga jual rata-rata (ASP).
Hambatan suplai menopang kenaikan harga batu bara global yang berarti kenaikan ASP untuk AE. Volume curah hujan dan jumlah jam hujan pada bulan Mei dan Juni yang lebih tinggi daripada perkiraan mempengaruhi operasi penambangan pada 1H21, sehingga produksi batu bara pada 1H21 tercatat 26,49 juta ton, atau 3% lebih rendah secara y-o-y dan penjualan batu bara pada 1H21 tercatat 25,78 juta ton, atau turun 5% y-o-y.
“Kami mencatat pengupasan lapisan penutup sebesar 115,22 Mbcm pada 1H21, atau naik 12% y-o-y, dan nisbah kupas untuk periode ini mencapai 4,35x,” imbuhnya.
Perusahaan berencana untuk mengejar aktivitas pengupasan lapisan penutup pada kuartal- kuartal dengan cuaca yang lebih kering untuk mencapai panduan nisbah kupas yang ditetapkan sebesar 4,8x pada tahun 2021.
Sementara, beban pokok pendapatan naik 2% y-o-y menjadi AS$1.064 juta terutama karena kenaikan biaya penambangan yang diikuti oleh kenaikan harga bahan bakar maupun pembayaran royalti sebagai akibat kenaikan ASP. AE mencatat nisbah kupas sebesar 4,35x pada 1H21, atau naik 15% y-o- y, karena kenaikan pengupasan lapisan penutup sebesar 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan nisbah kupas sejalan dengan panduan perusahaan untuk meningkatkan nisbah kupas tahun ini karena perusahaan mengikuti rencana penambangan dan sekuens penambangan yang membutuhkan lebih banyak pengupasan lapisan penutup. Biaya kas batu bara naik 4% secara y-o-y.
Beban usaha 1H21 turun 12% y-o-y menjadi AS$86 juta, karena AE mencatat penurunan sebesar 14% pada beban umum dan administrasi.