Akankah MIND ID Mampu Kuasai Vale? Ini Kata Energy Watch

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com – Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga menilai, divestasi saham INCO sebesar 14% kepada MIND ID hanya kepentingan operasional, agar Vale mendapatkan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dikarenakan kontrak karya Vale Indonesia akan berakhir pada 28 Desember 2025.

“Ini menurut saya lebih ke operasional ya, karena setelah akuisisi tersebut, pengendali operasional tetap dipegang Vale kanada sebagai pihak yang memiliki tenaga ahli dan teknologi. Apabila MIND ID ingin menjadi pengendali penuh dalam konteks kepemilikan saham, itu artinya mereka perlu mengakuisisi lebih dari 14% saham INCO,” kata Daymas melalui keterangan tertulis, dikutip pada (15/08/2023).

Sesuai dengan Undang-Undang No. 30/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba), porsi minimum kepemilikan saham negara di perusahaan minerba asing adalah sebesar 51% sebagai syarat untuk perpanjangan izin operasi lewat IUPK. Dengan demikian, Vale Indonesia diwajibkan untuk mendivestasikan paling sedikit 11% sahamnya.

Saat ini, pemegang saham terbesar Vale Indonesia adalah Vale Canada dengan kepemilikan 43,79% porsi saham. Berikutnya adalah MIND ID dengan kepemilikan 20% dan Sumitomo Metal Mining sebesar 15,03%. Adapun, kepemilikan publik pada Vale sebesar 21,18%.

Jika Vale Indonesia mendivestasikan 14% sahamnya, kepemilikan saham MIND ID di INCO hampir dipastikan bertambah menjadi 34% dari sebelumnya 20%, sedangkan jatah saham Vale Canada sebagai induk INCO akan berkurang menjadi 29,79% dari 43,79%.

Daymas menilai meski bakal menjadi pemegang saham mayoritas, MIND ID kemungkinan akan sulit menjadi pengendali INCO. “Itu kalau Vale mau melepas kepemilikannya, [karena] yang memiliki tenaga ahli dan teknologinya adalah Vale.”

Menurutnya, secara kapasitas, MIND ID sebenarnya juga sanggup untuk memborong lebih banyak saham Vale Indonesia. Terlebih, pada 2022, MIND ID mencetak pendapatan Rp126 triliun dengan total aset Rp229,3 triliun, laba bersih Rp22,5 triliun, dan EBITDA Rp36,7 triliun.

“Saya kira tidak ada alasan MIND ID tidak mampu, tinggal mereka melihat ini sebagai langkah yang strategis dilakukan saat ini atau tidak saja,” kata Daymas.

Holding BUMN pertambangan itu pun dinilainya akan lebih banyak diuntungkan jika menjadi pengendali INCO, yang notabene produsen nikel terbesar di Indonesia.

“Tentu saja ada keuntungan lebih untuk RI secara jangka panjang, apalagi ini terkait dengan sektor-sektor yang mendapatkan dampak kebijakan penghiliran,” tuturnya.

Belum lama ini, INCO mengungkapkan rencana pengembangan tiga smelter nikel baru dengan nilai investasi US$8,6 miliar atau sekitar Rp130 triliun. Adapun, produksi nikel Vale Indonesia per kuartal I-2023 mencapai 6.769 metrik ton nickel matte naik 4% secara kuartalan dan 21% secara tahunan. Sampai dengan akhir tahun ini, perusahaan membidik produksi hingga 70.000 metrik metrik ton.