PLTS

Akselerasi Pemanfaatan EBT untuk Wilayah 3T

Jakarta, Ruangenergi.comPemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkomitmen mengakselerasi pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), sebagai solusi permasalahan elektrifikasi di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

Dalam sebuah launching program Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya), Direktur Aneka EBT Ditjen EBTKE, Chrisnawan Anditya, mengatakan, Pemerintah ingin memenuhi kebutuhan listrik bagi seluruh masyarakat.

“Jadi pemberian akses (energi) merupakan program prioritas pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM,” ungkap Chrisnawan, (15/08).

Ia menambahkan, secara garis besar ada tiga pendekatan yang dilakukan pemerintah untuk mengalirkan listrik ke daerah-daerah terpencil, di antaranya :

Pertama, pendekatan melalui pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, yaitu perpanjangan jaringan (grid), pengembangan off-grid atau mini grid, dan program pra-elektrifikasi.

Kedua, pendekatan melalui metode ekspansi grid bisa diimplementasikan apabila di daerah tersebut sudah dekat dengan jaringan listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

“Dengan menarik jaringan (yang sudah ada) masyarakat bisa menikmati listrik,” kata Chrisnawan.

Sementara bagi suatu daerah yang penduduknya terpusat dan jauh dari jaringan PLN, maka akan dikembangkan secara off-grid.

“Ini dilihat dari potensi yang ada. Misalnya ada hidro atau biomassa, itu yang kita dorong. Upaya ini sudah kita dorong dengan membantu PLT Surya komunal 100 kWp untuk 300 rumah tangga,” ujar Crisnawan.

Ia mengatakan, solusi lain demi mempercepat akselerasi listrik pada kondisi serupa adalah mendorong Pemerintah Daerah untuk membangun kapasitas pembangkit EBT dengan prioritas utama PLTS dan PLT Minihidro hingga kapasitas 5 MW melalui Dana Alokasi Khusus.

“Kita sedang menyiapkan regulasi terkait hal itu,” beber Crisnawan.

Ketiga, pendekatan pra-elektrifikasi digunakan jika terdapat daerah yang penduduknya tersebar dan butuh biaya besar dalam pemasangan sistem jaringan. Pendekatan tersebut selain menggunakan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) juga bisa dengan Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL) sebesar 500 Watt per satu rumah.

“Ada juga pembangunan PLTS off-grid,” papar Crisnawan.

Guna mempercepat akselerasi pembangunan akses listrik di wilayah tersebut, lanjutnya, terdapat dua program utama yang diinisiasi oleh Kementerian ESDM dan diperuntukan bagi para milenial.

Pertama, program Patriot Energi yang diluncurkan pada bulan Juli 2021.

“Program ini tidak hanya berfokus pada pengembangan EBT, tapi juga melakukan survei potensi energi hingga proses bisnis pengelolaan bersama masyarakat,” imbuhnya.

Kedua adalah program Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (GERILYA). Program ini yang hanya diperuntukan bagi mahasiswa aktif di jenjang sarjana dan vokasi. Program ini diimplementasikan dalam metode pembelajaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

“Program ini khusus mempelajari energi surya,” tutur Chrisnawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *