kementerian esdm

Akselerasi Pengembangan Bahan Bakar Nabati Melalui Biofuel Sebesar 17,4 Juta KL

Jakarta,ruangenergi.com-Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menyatakan akselerasi pengembangan bahan bakar nabati (BBN) melalui pemanfaatan biofuel untuk domestik sebesar 17,4 juta kL di tahun 2024 KESDM dalam memenuhi target nasional energi baru terbarukan (EBT) pada 5 (lima) tahun ke depan.

Aksi itu memiliki beberapa rencana strategis, di antaranya adalah pemanfaatan Biofuel/BBN dalam rangka mengurangi impor BBM, melalui pengembangan biomassa skala kecil dan tersebar, memfasilitasi berbagai inovasi teknologi bidang bioenergi, skema pendanaan bidang bioenergi, litbang teknologi fluid catalytic cracking (FCC) untuk green gasoline berbasis CPO serta penguatan investasi dan pemberian insentif bidang bioenergi.

Demikian isi dari Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) tahun 2020-2024. Di dalam Renstra tersebut dituliskan bahwa pemanfaatan biofuel 5 (lima) tahun ke depan masih berbasis pada kelapa sawit. Peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu aspek penting dalam pengembangan biofuel di Indonesia.

Pada bulan Januari 2020, Program Biodiesel B30 telah dilaksanakan sehingga Indonesia menjadi negara yang terdepan dalam pemanfaatan biodiesel di dunia. Untuk mendukung keberlanjutan dari program biodiesel ini, diperlukan pembangunan sarana pendukung distribusi bahan bakar nabati yang handal. KESDM juga menyiapkan implementasi Program Biodiesel B40 dan B50.

Lima tantangan utama pada pengembangan ini yaitu pada aspek pemilihan teknologi, teknis, finansial, feedstock, dan infrastruktur pendukung. Upaya yang perlu dilakukan di antaranya adalah meningkatkan kapasitas produksi Badan Usaha BBN, memperbaiki spesifikasi biodiesel, memperhatikan ketersediaan insentif fund, meningkatkan sarana dan prasarana pada badan usaha BBN, serta melaksanakan uji jalan untuk seluruh sektor pengguna.

Beberapa proyek yang mendukung percepatan pengembangan BBN, antara lain: a. Green Refinery RU III Plaju KESDM mendorong pembangunan Green Refinery RU III Plaju yang merupakan bagian dari Major Project RPJMN 2020-2024, dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan impor minyak mentah dan BBM, serta memperluas penggunaan energi terbarukan dengan pemanfaatan CPO yang jumlahnya cukup melimpah di dalam negeri.

Pembangunan tersebut meliputi unit pre-treatment, deoxygenation, isomerization, product separation, acid gas removal, hydrogen plant, tankage dan supporting facilities. Green Refinery menggunakan proses hydrorefining (H2 dan katalis) dengan kapasitas 20 MBSD dan produk yang dihasilkan adalah green diesel/HVO+Green avtur (opsional), naphtha, dan LPG.

Adapun tahapan pembangunan green refinery RU III Plaju sebagai berikut: – Tahun 2020: penyusunan Basic Engineering Design Project (BEDP) dan tender Dual Feed Competition (DFC); – Tahun 2021: penyusunan dokumen Front End Engineering Design (FEED) dan persetujuan Final Investment Decision (FID); – Tahun 2022 dan 2023: Pelaksanaan Engineering Procurement Construction (EPC); dan – Tahun 2024: start-up dan on-stream.

Adapun beberapa kontribusi dari proyek green refinery tersebut antara lain: – Mendukung bauran energi nasional dengan meningkatkan kandungan BBN; – Memberikan benefit langsung seperti menjaga industri sawit dan mempertahankan kehidupan petani serta memberikan benefit tidak langsung berupa pengurangan impor solar, serapan tenaga kerja dan indirect saving mordibity cost; dan – Memberikan konsekuensi cost berupa pengurangan ekspor CPO dan subsidi HVO. b. Pembangunan green refinery melalui revamping RU IV Cilacap PT Pertamina akan melakukan memodifikasi kilang existing menjadi bio refinery di RU IV Cilacap untuk mengolah bahan baku CPO menghasilkan green diesel, green jet fuel, naphtha, dan LPG dengan kapasitas 6 MBSD. c. Pembangunan hidrogenasi CPO PT Pupuk Sriwijaya Palembang Hidrogenasi CPO dilakukan melalui teknologi proses konversi minyak nabati dengan katalis merah putih untuk produksi diesel bio hidrokarbon dan bio avtur berkapasitas 1.000 liter/hari. d. Pembangunan katalis merah putih PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC) Pabrik katalis nasional kerja sama sinergi antara PT Pertamina-Kujang-ITB. Kapasitas produksi 800 MTPY dengan produk berupa katalis untuk memproduksi green fuel (green diesel, green avtur, green gasoline).

KESDM telah mengusulkan proyek-proyek tersebut di atas untuk masuk dalam Proyek Strategis Nasional. Proyek yang masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional mendapatkan fasilitas sebagai berikut: a. Percepatan penyelesaian (debottleneck) dalam proses pengadaan tanah dan tata ruang(darat/ laut) serta perijinan baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah; dan b. Proses pembebasan lahannya, sehingga dapat mempercepat proses penyesuaian Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW), serta mendapat kemudahan dalam proses pencarian partner/pembentukan Joint Venture (JV), perizinan, insentif fiskal dan dukungan lainnya dari Pemerintah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *