Jakarta, Ruangenergi.com – Pasokan batu bara di Indonesia dinilai berpotensi menjadi solusi atas kemungkinan krisis energi nasional di masa depan.
Penilaian ini disampaikan Anggota Komisi VII DPR Tifatul Sembiring dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis (18/4).
“Berkaca dari PT Bukit Asam Tbk saja, cadangan batu baranya diperkirakan bertahan hingga 100 tahun mendatang,” kata Tifatul.
Namun menurut dia, meskipun berlimpah tak menutup mata atas rekomendasi dari Konferensi Perubahan Iklim oleh PBB (COP 28), soal keinginan untuk mengurangi emisi karbon dari energi fosil seperti batu bara.
“Saat ini sudah ada teknologinya, seperti menghambat debu-debu batu bara agar tak beterbangan. Juga, supaya polusi yang dihasilkan tidak terlalu tinggi dan mampu mereduksi kadar emisi karbon itu di udara,” paparnya.
Meski rekomendasi pengurangan emisi karbon ketat di negara Barat, Tifatul menyoroti negara-negara Eropa sempat tak berdaya kala perang antara Rusia-Ukraina berefek ke distribusi jaringan gas kontinen itu.
“Mereka pun menggunakan batu bara karena tidak ada alternatif lain untuk energi ini, apalagi masuk musim dingin kemarin,” ujarnya.
Dengan operasional PTBA yang aktif serta diversifikasi bisnis ke sektor listrik melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Tifatul optimis dengan masa depan industri batu bara.
“Saya pikir kalau dengan pembangunan PLTU-PLTU besar di sini, kalau itu berlebih bebannya bisa diekspor ke Jawa dan seluruh Sumatera,” tukasnya.
Ia menilai kawasan Sumatra serta Kalimantan sangat strategis dalam memasok kebutuhan energi nasional.
“Sebab, kedua pulau tersebut kita kenal sebagai lumbung energi Indonesia dengan menghasilkan banyak komoditas baik dari minyak, gas bumi, dan batu bara,” pungkasnya.(SF)