Jakarta,ruangenergi.com-Asosiasi Pemboran Minyak,Gas dan Panas Bumi Indonesia (APMI) mengatakan butuh pemboran dan perawatan 9000 sumur sampai 2030 demi mengejar 1 juta barrel minyak dan 12 BSCF gas bumi.
Indikasi keseriusan mencapai itu dihitung saja dari upaya realisasi pemboran eksplorasi, pemboran eksploitasi, kerja ulang (workover) dan perawatan sumur (well service).Itu yang menjadi dasar perhitungan.
“Karena basic pemikirannya kan harus esensi yang paling mendasar, minyak bumi itu di bawah, harus naik ke permukaan lewat sumur bor.. namanya proyek fasilitas di permukaan, itu kan menyesuaikan saja
Fokus saja di upaya realisasi pemboran eksplorasi, pemboran eksploitasi, kerja ulang (workover) dan perawatan sumur (wellservice)… itu saja dasaranya,” kata Wakil Sekretaris Jenderal APMI Tito Loho kepada ruangenergi.com,akhir pekan lalu.
Dalam catatan ruangenergi.com,Menteri ESDM Arifin Tasrif menekankan perlunya usaha yang lebih keras dari SKK Migas dan KKKS agar selisih produksi dan lifting di tahun 2021 dapat terpenuhi.
“Realisasi kegiatan pemboran dan realisasi proyek yang dicanangkan untuk menambah produksi tahun 2021, merupakan ujung tombak peningkatan produksi jangka pendek,” ucap Arifin Tasrif sambutannya secara daring di Jakarta (6/4/2021) lalu.
Arifin juga memberikan apresiasi kepada SKK Migas dan KKKS Seleraya Merangin Dua yang telah berhasil merealisasi pembahasan dan persetujuan Plan of Development (POD) dapat diselesaikan dalam 4 (empat) bulan.
“Terobosan yang sudah baik ini patut dipertahankan dan diaplikasikan pada saat melaksanakan kegiatan pengembangan lapangan-lapangan lain, sehingga usaha peningkatan produksi dapat direalisasi lebih cepat. Kita harus bekerja lebih keras dan pintar untuk mengawal arahan Bapak Presiden untuk meningkatkan produksi migas nasional,” terangnya.
Terkait pengelolaan produksi pada wilayah-wilayah kerja utama Indonesia, Arifin memberikan arahannya secara khusus. Disebutkan untuk transisi Blok Rokan, agar dapat dikelola dengan baik. Dalam hal ini KKKS Chevron Pacific Indonesia dan Pertamina Hulu Rokan harus bahu membahu untuk mendiskusikan dan menyelesaikan berbagai proses pengalihan Blok Rokan.
Sedangkan untuk Lapangan Banyu Urip, saat ini produksinya turun lebih cepat dari waktu yang diperkirakan.
“Untuk itu saya menghimbau KKKS Mobil Cepu Ltd. yang dikenal memiliki teknologi dan sumber daya handal, untuk segera mencarikan solusinya sehingga penurunan produksi ini dapat diundurkan kembali. Potensi wilayah kerja tersebut masih ada, sehingga usaha keras layak untuk dilaksanakan,” kata Arifin.
Arifin juga menyinggung Pertamina EP yang saat ini realisasi produksinya masih dibawah target. “Dalam beberapa kali pembahasan, ada beberapa hal yang menjadi penyebab penurunan produksi. Untuk menyelesaikan masalah, seluruh pimpinan dan pegawai Pertamina agar kerja keras untuk mencari solusi dan segera meningkatkan aktivitas pemboran, work over dan well service, ataupun melakukan langkah terobosan lainnya untuk menaikkan produksi,” pungkas Arifin.