Jakarta, ruangenergi.com- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif (ESDM) mengatakan stok bahan bakar minyak Indonesia cukup selama 17 sampai 30 hari.
Pertamina sudah mengambil langkah-langkah pengamanan kalau nanti ada kesulitan supply imbas dari daerah-daerah konflik antara Israel dan Iran.
“Kita sudah cek ke Pertamina, dan mereka sudah lakukan pengamanan LPG. Nah kan LPG ini penting ya, kalau punya beras gak bisa dimasak repot juga,” kata Arifin Tasrif kepada wartawan, Jumat (19/04/2024), di Jakarta.
Untuk security energy, Kesdm,lanjut Arifin, pihaknya sudah banyak langkah-langkah untuk bisa mengakselerasi.
“Gas kita punya, listrik kita punya.Energy primernya juga cukup. Cuma infrastruktur tidak cukup, supaya bisa sampai ke masyarakat. Itu yang harus kita rapihkan. Jangka pendek, jangka menengah ini yang harus dirapihkan,disiapkan,” papar Tasrif.
Ketika ditanya wartawan apakah dengan kejadian meningkatnya harga minyak dunia eskalasi konfilk Israel dan Iran, akan membuat Indonesia merubah kebijakan harga bbm dan tidak naik sampai Juni 2024, Arifin Tasrif menjawab:
“Jadi kemarin (di Istana Negara) sudah kita bahas. Jadi kita nahan sampai Juni dan upayakan dengan stock yang ada. Seusai Juni ya harus ada upaya lain. Nah kalau ini tidak berkesudah konflik kan harus ada langkah yang pas. Sebetulnya kan Perpres 191, itu kan memang untuk mengalokasikan kepada yang berhak subsidi. Itu dulu yang perlu diterapkan,”tegas Arifin.
Skenario jangka pendek yang dilakukan Indonesia, urai Arifin, harus ada jaminan supply.
“Sekarang begini, kita impor crude kurang lebih 240 ribu barel per hari, dari macam-macam sumber. Arab Saudi light crude, juga dari beberapa negara lain, Nigeria. Kemudian kita juga impor bbm, ekuivalen kurang lebih 600 ribu barel per hari. Sumbernya itu dari 3 negara, yakni kilang Singapura, dari Malaysia, dan dari India. Ya ini karena yang paling kompetitif dalam menawarkan harga,” urai Arifin dihadapan wartawan.
Indonesia mencermati perkembangan geopolitik dengan sangat serius.
Ukraina belum selesai sudah timbul konflik Israel dan Iran. Tensi di Asia Pasifik juga harus diantisipasi.
“Kita berharap jangan ada konflik di wilayah ini (Asia Pasifik). Itu sebabnya kita antisipasi supply energi.Dicari alternatif supply-supply tambahan misalnya LPG kalau terganggung di Timur Tengah, kita bisa melihat yang ada di Australia atau dibelahan Benua Amerika yang gak lewati lintasan konflik. Ya ini berdampak semuanya naik, biaya logistik naik, barang susah, duit susah. Kita bersiap-siap. Enggak enak perang,” jelas Arifin.