Asa Wahyu dari Suku Sakai: Membawa Mimpi Tanah Melayu Terbang Menuju Jantung Energi

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Pekanbaru, Riau, ruangenergi.com- Di ruang tunggu Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Minggu (30/11/2025), suasana terasa berbeda. Di balik hiruk-pikuk penumpang yang lalu-lalang, terdapat sekelompok pemuda dengan senyum semringah yang tak bisa disembunyikan. Namun, di balik tawa dan obrolan hangat mereka, tersimpan cerita tentang perjuangan panjang menaklukkan keraguan dan kompetisi.

Bagi 24 pemuda terpilih ini, perjalanan menuju gerbang keberangkatan bukan sekadar perpindahan fisik menuju Cirebon, Jawa Barat. Ini adalah simbol runtuhnya “tembok tinggi” yang selama ini memisahkan putra-putri Riau dari jantung industri energi di tanah kelahiran mereka sendiri: tembok bernama sertifikasi dan pengalaman.

Hari itu, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona Rokan secara resmi melepas mereka—angkatan vokasi Floorman—untuk menjalani pelatihan intensif. Sebuah langkah nyata untuk mengubah narasi ketimpangan tenaga kerja menjadi cerita kemandirian.

Tiket pesawat di tangan mereka tidak didapatkan dengan mudah. Mereka adalah para penyintas dari ratusan pelamar yang datang dari desa-desa prioritas di tujuh kabupaten/kota di wilayah operasi PHR. Proses seleksinya ketat dan transparan, dirancang bukan hanya untuk mencari pekerja, tetapi mencetak petarung tangguh.

Mulai dari verifikasi administratif, tes pengetahuan teknis, hingga wawancara yang menguliti mentalitas dan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, semuanya telah mereka lalui.

“Seleksi ini menyaring mereka yang tidak hanya bersemangat, tetapi juga punya mentalitas baja. Kami ingin mencetak SDM lokal yang kompeten,” ujar Iwan Ridwan Faizal, Manager CID PHR, saat melepas keberangkatan rombongan.

Harapan dari Suku Sakai

Di antara wajah-wajah penuh harap itu, terdapat Wahyu Kurniawan. Pemuda asli Suku Sakai dari Kabupaten Bengkalis ini tak mampu menahan haru. Baginya, kesempatan ini adalah beban sekaligus kebanggaan di pundaknya. Ia tidak hanya membawa nama keluarga, tetapi membawa harapan komunitas adatnya.

“Perjalanan ini bermakna bukan hanya untuk diri saya sendiri, tetapi untuk membawa harapan bagi masyarakat Suku Sakai. Rasanya seperti pintu harapan baru terbuka,” ungkap Wahyu dengan mata berbinar.

Wahyu bertekad, ilmu yang ia timba nanti akan menjadi pembuka jalan. “Semoga saya bisa menjadi contoh, agar semakin banyak anak-anak Suku Sakai yang berani bermimpi dan meraih masa depan yang lebih baik,” tambahnya.

Tujuan mereka adalah Integrated Drilling Training Center (IDTC) PDSI di Cirebon. Selama tiga bulan ke depan, kawah candradimuka itu akan menempa mereka dengan kurikulum standar global. Mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga simulasi operasi pengeboran, praktik lapangan sebagai Juru Ikat Beban dan Operator Lantai Bor, hingga doktrin keselamatan kerja rig yang ketat.

Puncaknya adalah uji kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) PPSDM Migas Cepu. Sertifikat yang kelak mereka genggam itulah yang disebut sebagai “paspor emas”—kunci yang akan membuka pintu karier di berbagai kontraktor migas, baik di lingkungan PHR maupun perusahaan global lainnya.

Iwan Ridwan Faizal menegaskan bahwa program ini adalah mandat moral dan strategis. “Investasi pada SDM lokal adalah investasi pada ketahanan energi nasional. Kami ingin putra-putri Riau tidak hanya menjadi penonton, tetapi pemain inti yang memiliki daya saing,” tegas Iwan.

Hal ini sejalan dengan visi pemerintah daerah lewat Peraturan Gubernur Riau No. 6 Tahun 2022, yang mendorong “pernikahan” antara pendidikan vokasi dan kebutuhan industri.

Keberangkatan 24 pemuda ini bukanlah kejadian tunggal. Sebelumnya, pada Agustus 2025, PHR juga telah melepas 36 putra-putri Riau untuk dididik menjadi Roustabout dan Mekanik, yang kini tengah menjalani tahap magang.

Semangat yang sama juga dirasakan Aldi Putra dan Muhammad Nur Ramadhan, peserta asal Pekanbaru. Bagi Aldi, momen ini adalah titik balik untuk masa depan keluarganya.

“Saya ingin pengalaman ini menjadi pijakan untuk masa depan yang lebih baik, bekerja dengan tanggung jawab penuh,” ujarnya.

Senada dengan Aldi, Ramadhan melihat program ini sebagai bekal hidup. “Semoga PHR terus menghadirkan program yang memberdayakan, agar kami tumbuh menjadi generasi mandiri,” tuturnya.

Saat pesawat lepas landas meninggalkan langit Riau, doa para orang tua yang turut mengantar di bandara terus mengalir. Ini bukan sekadar berita tentang pelatihan kerja. Ini adalah kisah tentang bagaimana energi—dalam arti minyak bumi maupun semangat manusianya—dikelola untuk memberdayakan sesama. Di tangan 24 pemuda ini, masa depan hulu migas di Tanah Melayu kini dititipkan.