Abu Dhabi, UEA, ruangenergi.com — Di tengah hiruk-pikuk Abu Dhabi National Exhibition Centre, lampu panggung menyinari satu ruang yang hari itu dipenuhi banyak mata dari berbagai negara: Paviliun Indonesia. Di sinilah, di ajang migas terbesar dunia Abu Dhabi International Petroleum Exhibition and Conference (ADIPEC) 2025, Indonesia mengumumkan arah baru energi nasional—lebih berdaulat, lebih agresif, dan makin percaya diri di panggung global.
Dengan membawa tema “Potentials to Discover, Partners to Deliver,” paviliun Indonesia tak hanya menampilkan data dan diagram teknis. Ia menampilkan ambisi sebuah bangsa—untuk tidak lagi berdiri sebagai pemasok sumber daya mentah, tetapi menjadi mitra strategis energi global yang memiliki visi, strategi, dan keberanian untuk menetapkan arah.
Transformasi itu ditegaskan oleh Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto. Suaranya tegas, namun sarat pesan strategis:
“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memastikan setiap kerja sama internasional membawa manfaat nyata—memperkuat ketahanan energi, mengembangkan industri pendukung, dan mempercepat alih teknologi,”ucapnya tegas.
Komitmen ini bukan retorika. Untuk pertama kalinya, pemerintah memasukkan target agresif peningkatan produksi migas dalam dokumen nasional, RPJMN 2025–2029, yakni: +31% produksi minyak, dan +51% produksi gas pada 2029.
Sebuah lonjakan yang akan mengubah peta energi Indonesia.
Didorong reformasi fiskal, penyederhanaan perizinan, dan skema penawaran blok yang semakin kompetitif, Indonesia ingin menunjukkan: investasi migas kembali seksi.
Di hadapan calon mitra global, pemerintah menonjolkan 14 cekungan migas potensial. Tiga di antaranya mencuri perhatian investor:
Lokasi Cekungan: Sumatra Selatan 11,4 BBOE (gas bumi). Selat Makassar 29 BBOE (gas bumi).Warim 25,9 BBO (minyak) + 42,2 TCF (gas)
Potensi itu bukan hanya angka. Itu adalah masa depan energi Indonesia.
Nanang Abdul Manaf, Staf Khusus Menteri ESDM, menyampaikan pesan yang menegaskan keseriusan Indonesia:
“Indonesia memiliki action plan yang jelas — insentif, kepastian kebijakan, dan komitmen untuk membangun investasi berkelanjutan.”
Tahun 2025 menjadi titik balik industri migas tanah air.Realisasi investasi semester I 2025: US$7,19 miliar.Proyeksi hingga akhir tahun: US$15,9 miliar — tertinggi dalam 10 tahun
Djoko menambahkan, “Signature bonus rendah, rezim fiskal lebih fleksibel, kemudahan akses data, insentif — semuanya kami siapkan.”
Saat ini, pemerintah menawarkan 9 wilayah kerja secara direct offer, bagian dari total 75 blok migas yang akan dibuka dalam lima tahun.
Delegasi yang Solid, Visi yang Sama
Delegasi Indonesia hadir sebagai satu kesatuan ekosistem: SKK Migas, Kementerian ESDM, BPMA dan delapan KKKS, plus lima perusahaan dalam negeri.
KKKS
1 EMP
2 Eni Muara Bakau B.V
3 Harbour Energy
4 Husky-CNOOC Madura Limited
5 INPEX
6 Medco E&P Indonesia
7 Pertamina Hulu Energi
8 TIS Energy
PERUSAHAAN DALAM NEGERI
1 CT Advance
2 PT Luas Birus Utama
3 PT Pertamina Persero
4 PT. Rainbow Tubulars Manufacture
5 PT Teknologi Rekayasa Katub
Semua berbagi panggung, semua berbagi pesan:
“indonesia siap menjadi pemain utama di pasar energi global.!”
ADIPEC 2025 bukan sekadar pameran. Ia adalah titik deklarasi. Bahwa Indonesia siap berubah. Bahwa sumber daya bukan takdir, tetapi modal untuk berdaulat.
Dari Abu Dhabi, Indonesia mengirim pesan ke dunia:
“Kami tidak lagi sekadar pemasok bahan mentah. Kami adalah mitra strategis. Kami adalah kekuatan energi bangsa, catat itu!”













