Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com — Blok Mahakam resmi beralih pengelolaan dari Total E&P Indonesie (TEPI) dan Inpex Corporation ke PT Pertamina (Persero) pada 1 Januari 2018.
Sejak tanggal tersebut, pengelolaan wilayah kerja migas yang terletak di Kalimantan Timur ini dijalankan oleh PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), anak usaha Pertamina yang ditunjuk sebagai operator baru.
Proses alih kelola ini menandai berakhirnya masa kontrak selama hampir 50 tahun oleh TEPI dan Inpex, yang sebelumnya mengelola Blok Mahakam sejak tahun 1967.
Keputusan untuk menyerahkan pengelolaan kepada Pertamina diumumkan oleh pemerintah pada April 2015, dengan penandatanganan Head of Agreement (HoA) antara Pertamina, Total, dan Inpex pada Desember 2015 sebagai bagian dari persiapan transisi.
Blok Mahakam merupakan salah satu produsen gas bumi terbesar di Indonesia, menyumbang sekitar 13% dari produksi gas nasional. Alih kelola ini dianggap sebagai tonggak penting dalam upaya meningkatkan kemandirian energi nasional dan memperkuat peran BUMN dalam sektor hulu migas.
Blok Mahakam memiliki tujuh lapangan utama yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun eksplorasi dan produksi, terutama sejak dikelola oleh Total E\&P Indonesie, dan kini dilanjutkan oleh PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM).
Tujuh lapangan utama di Blok Mahakam yakni: Lapangan Tunu, Lapangan Tambora, Lapangan Peciko, Lapangan Sisi, Lapangan Nubi, Lapangan South Mahakam, dan Lapangan Handil.
Semua lapangan tersebut berada di lepas pantai dan sekitar wilayah Delta Mahakam, Kalimantan Timur.
Masing-masing lapangan migas di Blok Mahakam memiliki karakteristik berbeda satu sama lain.
Tunu, Tambora, dan Peciko dikenal sebagai lapangan gas utama dan terbesar. Sisi-Nubi dikembangkan dengan fasilitas anjungan laut berkapasitas menengah. Handil merupakan salah satu lapangan minyak dan gas tertua, mulai berproduksi sejak tahun 1975. Sementara itu, South Mahakam merupakan lapangan yang lebih baru dibandingkan lapangan lainnya namun memberikan kontribusi signifikan terhadap produksi gas.
Proyek Sisi Nubi Area of Interest (SNB AOI) adalah inisiatif strategis dari PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) untuk mengembangkan lapangan gas lepas pantai Sisi Nubi, yang terletak sekitar 25 km dari Delta Mahakam di Kalimantan Timur, pada kedalaman laut 60–80 meter.
Proyek SNB AOI bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan produksi gas dari Wilayah Kerja (WK) Mahakam, mendukung target produksi migas nasional — yaitu 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030 — serta menerapkan inovasi dan teknologi terkini dalam pengembangan lapangan migas lepas pantai.
Dengan pendekatan ini, PHM menunjukkan komitmennya dalam mendukung ketahanan energi nasional melalui pengelolaan sumber daya migas yang berkelanjutan dan efisien.
Sejalan dengan perkembangan Proyek Sisi Nubi AOI sebagai salah satu proyek migas strategis, PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), anak perusahaan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), kembali menggelar seremoni sail away tahap ketiga untuk topside platform WPN5 dan WPN6 Lapangan Sisi Nubi di Wilayah Kerja Mahakam, Kalimantan Timur. Seremoni tersebut dilaksanakan di lapangan milik PT Meindo Elang Indah di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, pada 16 Mei 2025.
Seremoni sail away kali ini juga dirangkaikan dengan seremoni pemotongan besi pertama (first cut of steel) yang menandai dimulainya tahap fabrikasi Proyek Manpatu, proyek lain yang juga tengah dijalankan oleh PHM.
Rangkaian seremoni tersebut dihadiri oleh Koordinator Keselamatan Hulu Minyak dan Gas Bumi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Bambang Eka Satria, Kepala Departemen Manajemen Proyek SKK Migas Kosario M. Kautsar, Direktur Utama PHI Sunaryanto, dan General Manager PHM Setyo Sapto Edi.
Seremoni sail away ketiga ini merupakan kelanjutan dari dua sail away sebelumnya, yaitu masing-masing untuk topside platform WPS4 dan WPS5 pada 28 April 2025, serta topside platform WPN7 dan WPN8 pada 6 Mei 2025. Keberhasilan sail away tahap ketiga menjadi langkah signifikan dalam percepatan pengembangan lapangan migas di Wilayah Kerja Mahakam yang akan memberikan kontribusi besar bagi pencapaian produksi nasional.
Koordinator Keselamatan Hulu Minyak dan Gas Bumi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Bambang Eka Satria menyampaikan apresiasi yang tinggi atas pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) oleh PHM dan PT Meindo Elang Indah selama penyelesaian tahap fabrikasi dan commissioning Proyek SNB AOI.
“Ini sebuah prestasi yang sangat membanggakan karena seluruh pihak yang terlibat dalam proyek ini mampu menjaga dan mempertahankan zero accident. Saya juga berharap agar di proyek selanjutnya senantiasa mengutamakan keselamatan kerja dengan tetap bersemangat mendukung target produksi nasional,” ungkap Bambang.
Kepala Departemen Pengelolaan Proyek Divisi Manajemen Proyek SKK Migas Kosario M. Kautsar turut memberikan apresiasi terhadap pencapaian PHM. Keberhasilan sail away dan peresmian first cut of steel Proyek Manpatu mencerminkan kekuatan kolaborasi dan integritas dalam pelaksanaan proyek hulu migas.
“Kami berharap semua pihak dapat terus menjaga momentum positif ini demi pemenuhan target kebutuhan energi nasional,” ujar Kosario.
Direktur Utama PHI Sunaryanto menyampaikan bahwa keberhasilan dua proyek ini merupakan buah dari strategi pengelolaan sumber daya migas yang terintegrasi. Menurutnya, percepatan proyek-proyek strategis seperti SNB AOI dan Manpatu akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan cadangan dan produksi migas nasional.
“Kedua proyek ini adalah bentuk nyata dari komitmen perusahaan untuk terus berinvestasi dan menjawab tantangan energi masa depan dengan mengutamakan aspek keberlanjutan, teknologi, dan sinergi antar lini bisnis,” ujarnya.
Proyek SNB AOI merupakan proyek pengembangan lapangan lepas pantai (offshore) Sisi Nubi, 25 km lepas pantai dari Delta Mahakam di Kalimantan Timur, dengan kedalaman air 60–80 meter. Proyek ini penting untuk meningkatkan produksi gas dan minyak (kondensat), dengan kapasitas desain rata-rata 30 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) per platform. Tahap pengeboran direncanakan pada semester II 2025 dengan target onstream pada kuartal IV 2025.
General Manager PHM Setyo Sapto Edi mengatakan bahwa PHM berkomitmen untuk senantiasa menjalankan operasi migas yang selamat, efektif, unggul, dan ramah lingkungan agar dapat terus berkontribusi terhadap pencapaian target produksi nasional secara signifikan dan berkelanjutan. Ia menambahkan, PHM terus berinvestasi dalam kegiatan pengeboran eksplorasi dan pengembangan lapangan-lapangan migas untuk menemukan sumber daya baru serta mempertahankan tingkat produksi.
Strategi tersebut juga mendukung amanat Asta Cita Pemerintah Indonesia demi terwujudnya swasembada energi.
“Kami menerapkan praktik-praktik terbaik untuk mempertahankan tingkat produksi dan menahan laju penurunan produksi alamiah agar dapat mendukung tercapainya ketahanan energi Indonesia,” tutur Setyo.
Peresmian first cut of steel Proyek Manpatu menandai dimulainya tahap fabrikasi struktur dari proyek yang juga akan menopang keberlanjutan produksi WK Mahakam. Hal ini sekaligus menunjukkan keberhasilan Subholding Upstream Pertamina dalam menjaga kesinambungan proyek strategis migas di tengah tantangan industri, dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan dan kualitas kerja.
Proyek Manpatu merupakan pengembangan lanjutan dari temuan sumur eksplorasi Manpatu di Lapangan South Mahakam, sekitar 35 km sebelah tenggara Kota Balikpapan atau 60 km sebelah selatan Terminal Senipah. Klaster South Mahakam terdiri dari empat lapangan gas yang sudah berproduksi, yaitu Lapangan Stupa, Mandu, Jempang-Metulang, dan Jumelai, dengan kedalaman air berkisar 45–60 meter.
Anjungan Manpatu akan dibangun di atas lokasi sumur MPT-1X dengan pipa penyalur sepanjang sekitar 3 km yang disambungkan ke anjungan eksisting MD-1, dengan target produksi mencapai 80 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Kedua proyek ini merupakan bagian dari upaya PHM untuk menjaga dan meningkatkan produksi gas nasional.