Begini Kata Perusahaan Gas Negara Terkait Tantangan Pengelolaan Hilir Gas Bumi Indonesia

Bandung, Jawa Barat, ruangenergi.com- Group Head Gas dan LNG Supply PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk Muhammad Anas Pradipta mengatakan dibutuhkan sinergi Supply, Demand dan Infrastruktur serta harga yang dihasilkan melalui supply chain cost.

Hal ini dilakukan untuk pengembangan bisnis gas bumi guna mencapai target bauran energy 2025 dan 2050.

Konsep sinergi ini memperhatikan pertumbuhan demand sesuai target dan rencana dari sektor pengguna.Untuk memenuhi kebutuhan demand tersebut, penyediaan supply dengan menggunakan infrastruktur paling efektif dan efisien menjadi pertimbangan utama, sehingga dapat memenuhi target beragam willingness to pay dari sektor pengguna

“Optimalisasi portfolio supply dan infrastruktur dengan konsep agregasi komoditas dan integrasi infrastruktur, merupakan terobosan yang diperlukan untuk mendukung cost efficiency penyediaan gas bumi di Indonesia. Sinergi antar sektor pengguna (listrik, refinery, smelter, baja, industri, etc.) dengan aggregator termaksud dalam merencanakan pembangunan fasilitas menjadi faktor Utama keberhasilan pengembangan bisnis gas bumi,” kata Muhammad Anas Pradipta di dalam Forum Gas Bumi 2024, Rabu (19/06/2024), di Bandung, Jawa Barat.

Anas bercerita, sebagai aggregator komoditas, PGN akan melakukan manajemen dan agregasi terhadap seluruh pasokan gas yang dibeli. Dengan dilakukannya agregasi maka resiko volatilitas pasokan dan harga gas kepada pembeli dapat dikurangi.

“Sebagai integrator infrastruktur, PGN akan melakukan end to end manajemen infrastruktur mulai dari perencanaan, optimasi kapasitas melalui interkoneksi, dan pengembangan dispatch nasional,” urai Anas di dalam presentasinya di hadapan ratusan peserta Forum Gas Bumi 2024 tersebut.

Ada yang menarik disampaikan Anas dalam paparannya, dia menjelaskan defisit gas di region Sumtengsel-Jabar sejak 2024 dan di 2025 up to 170 BBTUD dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Termasuk kondisi oversupply di region Jatim-Jateng sampai dengan 2030, namun belum termasuk potensi gas eksplorasi dan undeveloped discovery SKK Migas mulai 2029 sebesar 60 sampai dengan up to 800 BBTUD.

“ESDM menargetkan penyelesaian pipa Cisem Tahap di akhir 2025, sehingga mulai tahun 2026 oversupply gas dari Jatim-Jateng dapat dialirkan ke Jabar. Pengaliran gas dari Jatim-Jateng ke Jabar dapat mengurangi kondisi defisit di Jabar, namun masih diperlukan pasokan gas dan/atau LNG tambahan untuk memenuhi demand Jabar dan demand Jatim-Jateng (mulai 2031),” pungkas Anas.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *