Bisa Hemat Biaya Hingga 30%, PGN Berikan Alternatif Bahan Bakar Gas Ekonomis

Jakarta, ruangenergi.com – Subholding Gas Pertamina, PT PGN Tbk menghadirkan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk kendaraan yang menjadi energi alternatif ramah lingkungan dan ekonomis di masa transisi energi. Hal ini merupakan salah satu upaya PGN dalam meningkatkan layanan gas bumi untuk sektor transportasi.

BBG merupakan alternatif energi ramah lingkungan dan ekonomis karena pasokan gas bumi yang cukup melimpah bersumber dari dalam negeri. Kelebihan BBG yang ekonomis ini dapat memberikan penghematan biaya bahan bakar hingga 30%.

“Subholding Gas Pertamina mencoba memberikan alternatif energi gas bumi untuk transportasi sebagai pelengkap energi yang sudah ada. BBM tetap ada, ke depannya juga EV. Kemudian transisi energi BBM ke menuju energi baru terbarukan membutuhkan waktu, di situlah peran Subholding Gas untuk mengisi transisi tersebut,” ujar Direktur Utama PT Gagas Energi Indonesia, Muhammad Hardiansyah dalam keterangan tertulis, Selasa (21/02/2023).

Dalam Talkshow “Ekosistem BBG Transportasi di Indonesia’ di IIMS 2023“, Hardiansyah menjelaskan PT Gagas Energi Indonesia mengimplementasikan konversi BBG ke berbagai jenis kendaraan. Baik itu kendaraan logistik, kendaraan roda empat (taksi konvensional dan online), kendaraan roda tiga (bajaj), light vehicle atau kendaraan penumpang, dan sepeda motor. Adapun BBG ini dinilai ekonomis karena harga BBG yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM ialah Rp 4.500 per Liter Setara Premium (LSP).

“Di mana pun pengisiannya di seluruh Indonesia, harganya tetap sama. Saat ini ada 50 titik pengisian BBG dan akan bertambah, karena kami sedang mengupayakan untuk mengaktivasi 34 SPBG,” paparnya.

Ia mengungkapkan saat ini pihaknya menjalankan pilot project konversi BBG untuk sepeda motor. Hardiansyah menjelaskan hampir semua kendaraan dapat dikonversikan ke BBG menerapkan sistem Diesel Dual Fuel – DDF atau bahan bakar ganda selain diesel (BBM dan Gas).

“Roadmap sedang kami jalankan. Motor tetap bisa menggunakan BBM, karena sistemnya dual fuel,” ucap Hardiansyah.

Lebih lanjut, ia menjelaskan gas bumi untuk sepeda motor ditampung dalam dua tabung dengan total kapasitas 2,5 LSP dan mampu menempuh jarak hingga 100 KM. Tabung gas untuk sepeda motor ini berbahan baja yang kuat dan tahan lama.

Diketahui, masa pakai tabung bisa bertahan sampai 20 tahun dan telah berstandar internasional ISO 11439. Dengan demikian, gas bumi untuk sepeda motor aman untuk digunakan.

Sama halnya dengan konversi gas pada kendaraan logistik dan sepeda motor, konversi BBG untuk kendaraan penumpang roda empat juga dinilai memberikan efisiensi. Pada kendaraan ini, efisiensi yang didapatkan sebesar 55% atau setara dengan Rp 30 juta per tahun dengan volume pemakaian gas sebesar 15 liter per hari untuk setiap unit kendaraan.

“Konversi BBG yang sudah dilakukan yaitu pada kendaraan logistik pengangkut BBM milik Pertamina dengan sistem dual fuel. Efisiensi biaya yang didapatkan sampai dengan 54 persen dan pengurangan emisi 20 persen. Pemasangan converter dilakukan di SPBG atau MRU,” jelas Hardiansyah.

Sementara itu, dari sisi komposisi gas bumi adalah metana yang beroktan tinggi dan rendah emisi. Sehingga emisi BBG sebagai bahan bakar lebih rendah hingga 20%. Hal ini membuat tarikan lebih kendaraan mantap dan tenaga kendaraan lebih besar.

“Kita punya potensi, cadangan gas bumi masih banyak. Namun diutilisasi maksimal untuk transportasi. Saatnya Holding Migas Pertamina melalui Subholding Gas Pertamina bisa memberikan kontribusi complementary dengan alternatif lain yaitu gas bumi untuk transportasi,” pungkas Hardiansyah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *