Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com-Revisi rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) yang dilakukan pada Februari 2023 mengungkapkan lonjakan signifikan dalam potensi cadangan gas dan kondensat pada proyek migas di Blok Kasuri.
Cadangan gas yang sebelumnya diestimasi sebesar 1,735 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD), kini meningkat menjadi 2.244,45 BSCFD. Tidak hanya gas, potensi cadangan kondensat juga naik menjadi 5,4 juta barel minyak setara (MMSTB).
Pada Wilayah Kerja (WK) Kasuri yang dikelola Genting Oil Kasuri Pte. Ltd. (GOKPL), perusahaan menargetkan gas perdana sudah mengalir pada tahun 2027 dengan perkiraan produksi mencapai 300 MMSCFD. Sejak kontrak bagi hasil ditandatangani pada Mei 2008, GOKPL telah melakukan eksplorasi terhadap 10 sumur di struktur Asap–Merah–Kido, dan seluruhnya menemukan indikasi hidrokarbon.
Namun, untuk tahap awal produksi, hanya lima sumur yang akan dieksploitasi, yaitu Asap 1 hingga Asap 4 serta sumur Merah. Sumur-sumur lainnya akan dikembangkan setelah tahun 2030.
Distribusi gas 300 MMSCFD tersebut akan dibagi menjadi dua tujuan utama, yakni; 100 MMSCFD disalurkan ke pabrik pupuk (amonia/urea) selama 17 tahun. 200 MMSCFD akan dibeli oleh PT Layar Nusantara Gas (LNG) melalui fasilitas Floating LNG atau onshore modular LNG selama 18 tahun.
Seluruh gas untuk fasilitas LNG akan berasal dari empat sumur di struktur Asap, sementara gas untuk pabrik pupuk dipasok dari sumur Merah 1x.
Sebagai langkah komersialisasi, pada 20 September 2023, GOKPL menandatangani perjanjian penjualan gas bersyarat dengan PT Pupuk Kaltim. Perjanjian ini mencakup suplai 101–112 MMSCFD gas untuk memenuhi kebutuhan pembangunan pabrik amonia–urea di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Proyek Blok Kasuri dipandang sebagai salah satu motor penggerak ekonomi baru di Papua Barat. Selain diproyeksikan menopang kebutuhan gas industri nasional, proyek ini juga diharapkan meningkatkan investasi dan membuka lapangan kerja di wilayah timur Indonesia.












