Jakarta, ruangenergi.com – Blok Mahakam, ikon produksi migas nasional yang terletak di perairan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, terus memainkan peran strategis dalam mendukung ketahanan energi Indonesia. Dikelola oleh PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM)—anak usaha dari PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI)—blok ini menghadapi tantangan khas lapangan tua: penurunan produksi alamiah dan kompleksitas teknis.
Transisi Pengelolaan dan Tantangan Produksi
Sejak 2018, pengelolaan Blok Mahakam beralih dari Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation ke Pertamina. Sejak itu, PHM menghadapi tantangan mempertahankan produksi dari lapangan-lapangan utama seperti Peciko, Tunu, dan Sisi Nubi yang mengalami penurunan tekanan reservoir.
Dalam lima tahun terakhir, PHM menjalankan strategi pengeboran sumur pengembangan dan infill drilling untuk menahan laju penurunan produksi. Hingga Maret 2025, PHM mencatat produksi gas sebesar 439 MMSCFD dan minyak sebesar 25,1 BOPD. Sebanyak 20 sumur telah ditajak pada periode tersebut.
Teknologi, Keselamatan, dan Efisiensi Operasi
General Manager PHM, Setyo Sapto Edi, menegaskan bahwa efisiensi, inovasi, serta keselamatan menjadi fondasi utama operasional. Hingga 29 Maret 2025, PHM membukukan 571 hari atau 44 juta jam kerja tanpa kecelakaan kerja yang menyebabkan kehilangan waktu (Lost Time Injury/LTI).
“PHM mengedepankan teknologi dan inovasi dalam mengelola lapangan mature seperti SPS, sekaligus menjamin keberlanjutan dan keselamatan,” ujar Setyo.
Zirconia Sand Screen: Inovasi Berkelas Dunia
Salah satu inovasi andalan PHM adalah Zirconia Sand Screen, teknologi pertama di dunia untuk pengelolaan pasir terproduksi di sumur marginal. Inovasi ini dipresentasikan pada ajang Brunei Petroleum Technology Exhibition & Conference (BPETC) 2025.
Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan mendorong industri lokal melalui pembangunan pabrik di Batam. Selain itu, kontribusinya terhadap peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) menjadikan inovasi ini sebagai game changer dalam pengelolaan lapangan tua.
Proyeksi dan Proyek Strategis
Cadangan gas di Blok Mahakam masih cukup untuk menopang produksi dalam 10–15 tahun ke depan, meski laju penurunannya tidak terelakkan. Penerapan Enhanced Gas Recovery dan eksplorasi tambahan menjadi kunci mempertahankan keekonomian produksi.
Beberapa proyek strategis saat ini tengah digarap, seperti pengembangan Sisi Nubi AOI dan Sisi Nubi East, serta proyek OPLL2B: LLP Booster Compressor Peciko. Enam platform untuk proyek Sisi Nubi telah selesai dan siap dipasang, dengan target first gas akhir 2025. PHM memperkirakan peningkatan produksi signifikan pada 2026 seiring mulai beroperasinya proyek-proyek tersebut.
Namun, tantangan juga terus mengemuka. Fasilitas produksi yang mulai menua memerlukan perawatan ekstra agar tetap andal, sementara efisiensi biaya menjadi prioritas utama untuk menjaga kelayakan proyek.
Kolaborasi dan Ketahanan Energi Nasional
PHM menyatakan bahwa keberhasilan pengelolaan Blok Mahakam tak lepas dari dukungan pemerintah pusat dan daerah, serta kolaborasi erat dengan seluruh pemangku kepentingan.
“Keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras seluruh elemen perusahaan dan sinergi dengan pemangku kepentingan. Kami berkomitmen menjadikan Blok Mahakam sebagai model pengelolaan blok tua yang produktif dan berkelanjutan,” tutup Setyo.