Jakarta, Ruangenergi.com – Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengapresiasi capaian PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) selama 2020. Pasalnya, sebagai bagaian dari subholding PNRe, PGE telah membuktikan komitemennya dalam mengembangkan sektor panas bumi di Indonesia.
“Saya mengapresiasi apa yang mereka lakukan. Mengingat saat ini kita sedang dikejar target untuk transisi energi yang lebih bersih, jadi upaya PGE untuk mengembangkan panas bumi adalah suatu keharusan yang perlu di dukung oleh semua pihak,” kata Mamit kepada wartawan di Jakarta, Kamis (29/7/2021).
Menurut dia, kegiatan PGE bisa menciptakan green economic multiplier effect untuk daerah sekitar wilayah kerja mereka. Dengan demikian, potensi panas bumi harus bisa dioptimalkan sehingga green economic multiplyer effect ini tercapai.
“Saya juga berharap agar ekowisata tetap dijalankan dan diharapkan peraturan pemerintah terkait hal ini bisa segera diterbitkan. Tidak hanya itu, green hydrogen yang saat ini disiapkan juga perlu didukung oleh pemerintah dengan adanya regulasi terkait hal ini,” paparnya.
Masih menurut Mamit, potensi lain seperti mineral yang terkandung diantaranya Litium juga bisa dimanfaatkan ke depan dengan studi yang dilakukan lebih masif lagi.
“Dengan demikian, potensi panas bumi bukan hanya listrik saja tetapi yang lain seperti Litium juga bisa dioptimalkan,” tukasnya.
“Sebagai perusahaan yang memang terfokus pada panas bumi, saya percaya panas bumi bisa berkembang mengingat cadangan panas bumi kita yang sedemikian besar,” pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Operasi PGE, Eko Agung Bramantyo mengungkapkan, bahwa sepanjang tahun 2020 PGE berhasil memproduksi listrik dari sumber energi bersih atau energi terbarukan sebesar 4.618 Giga Watt Hour (GWh).
Menurut dia, besaran energi bersih yang dihasilkan dari 15 Wilayah Kerja panas bumi di Indonesia ini tercatat naik 14 persen dari target yang ditetapkan perseroan.
“Hingga saat ini meski di tengah tantangan pandemi Covid-19,, PGE leading dalam pengelolaan panas bumi nasional dengan kapasitas terpasang 1.887 MW di mana sebesar 1.205 MW dikelola bersama mitra dan 672 MW dioperasikan sendiri oleh PGE,” kata Agung di Jakarta, Kamis (29/7/2021).
Ia mengungkapkan, kapasitas terpasang di seluruh wilayah kerja panas bumi PGE ini mencakup 88 persen dari total kapasitas terpasang listrik panas bumi yang ada di Indonesia. Ini menunjukan betapa besar kontribusi PGE dalam pengembangan sumber daya panas bumi di Indonesia.
Dijelaskan juga bahwa wilayah dimana potensi panas bumi berada, yang kebanyakan berada di pegunungan remote area, menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan pengembangan panas bumi.
“Pada awal pengembangan, kami perlu membangun infrastruktur jalan dan jembatan untuk bisa membawa rig ke lokasi pemboran yang dituju, bahkan ada jalan yang kami bangun hampir sepanjang 40 km,” kata Agung.
Lebih jauh ia menambahkan, topografi yang terjal juga menjadi tantangan lain dalam pengembangan panas bumi.
“Kami bekerjasama dengan konsultan dan Universitas untuk mengembangkan Early Warning System (EWR) untuk antisipasi terhadap adanya bencana longsor di sekitar Area dan Proyek PGE”, jelas Agung.
Saat ini, lanjut dia, masyarakat sekitar Area panas bumi PGE telah menikmati multiplier effect dari pengembangan panas bumi, salah satunya adalah dengan berkembangnya infrastruktur.
“Di salah satu Area PGE, awalnya masyarakat membutuhkan waktu 6 jam untuk menuju kota terdekat, itupun harus menggunakan motor yang dipasangi rantai di rodanya, sekarang jalan sudah mulus, hanya butuh waktu 30 menit menuju kota terdekat,” tutup Agung.(Red)