Jakarta, Ruangenergi.com – DIrektur PT Maluku Energi Abadi (Perseroda), Musalam Latuconsina berharap masuknya Pertamina dan Petronas menggatikan Shell dalam pengelolaan blok migas abadi Masela di Provinsi Maluku menjadi titik terang untuk rencana pengembangan lapangan gas tersebut, walaupun melalui proses yang cukup panjang.
“Kita patut bersyukur bahwa dengan masuknya Pertamina dan Petronas berrati sudah mulai ada titik terang untuk rencana pengembangan Masela, walaupun memang prosesnya cukup panjang,” kata Mursalim menjawab pertanyaan Ruangenergi.com, Rabu (26/7/2023).
Menurut dia, sejak adanya temuan gas Masela di Provinsi Maluku kurang lebih 20 tahun lalu sampai saat ini tak kunjung jalan atau belum dikembangkan walaupun sudah ada POD-nya. Padahal proyek Gas Masela ini masuk sebagai Proyek Strategi Nasional.
“Kita berharap dengan hengkangnya Shell dari Blok Masela dan masuknya Pertamina dan Petronas, maka proyek ini bisa segera beroperasi. Kita semua sangat menantikan hasilnya terutama masyarakat Maluku sebagai daerah penghasil gas tersebut,” tukasnya.
Lebih jauh ia mengatakan, selain Inpex dan saat ini Pertamina dan Petronas yang sudah masuk sebagai Pemeganga PI di Blok Masela, Propinsi Maluku melalui BUMD nya juga akan memiliki hak PI 10% di blok abadi tersebut. Karena Inpex telah menawarkan PI tersebut kepada Propinsi Maluku dan saat ini prosesnya sedang berlangsung.
“Dengan masuknya Pertamina dan Petronas di Blok Masela, diharapakan proses POD (revisi) segera diselesaikan. Selain itu juga perlu koordinasi intens para partner yakni Inpex, Pertamina, BUMD Maluku terkait rencana-rencana ke depan. Dan yang paling penting bagaimana mencari pasar gas-nya. Karena tanpa adanya pasar gas, pengembangan lapangan gas Masela akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi,” papar Mursalim.
Namun ia agak menyayangkan dan mempertanyakan tidak diundanngnya Pemerintah Provinsi Maluku daat acara penandatanganan Sale Purchase Agreement (SPA) tersebut.
“Sayangnya padai saat acara penandatangan SPA kemarin, Pemerintah Propinsi Maluku tidak diundang sebagai keterwakilan daerah,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina meminta kepada Pemerintah untuk mempersiapkan pengembangan industri Petrokimia dan turunannya di Maluku menyusul diakuisisinya kepemilikan Shell di Blok Masela oleh Pertamina dan Petronas.
“Kita sangat bersyukur dan mengapresiasi sikap pemerintah atau Pertamina yang sudah mengambil alih saham Shell di Blok Masela. Tetapi, ada pekerjaan besar di depan untuk mengembangkan industri gas di Maluku. Begitu start harus memikirkan industri di sana,” kata Engelina di Jakarta, Rabu (26/7/2023).
Engelina mengingatkan, sgar sejak dini perlu dipikirkan pengembangan industri, sehingga gas bisa dikelola di Maluku dan dapat memberikan multiplier secara ekonomi.
“Jadi jangan lagi industri dibangun di tempat lain, karena Maluku juga membutuhkan kehadiran industri gas yang bisa menjadi penggerak ekonomi di Maluku dan kawasan timur,” ujarnya.
Engelina menuturkan, pihaknya sebelumnya telah melakukan berbagai upaya untuk meyakinkan pemerintah agar memindahkan kilang Blok Masela ke darat, agar Maluku bisa mendapat manfaat ekonomi dan bisa menjadi pusat pertumbuhan baru. Hal itu, kata Engelina, hanya bisa diperoleh kalau pemerintah segera memikirkan langkah nyata untuk mengembangkan industri turunan dari gas.
“Saya yakin pemerintah sudah memikirkan, karena selama ini pemerintah terus mendorong hilirisasi. Ya hilirisasi juga harus berlaku bagi gas Masela. Pemerintah juga diminta adil untuk memberikan porsi terbaik bagi daerah dan masyarakat adat atau lokal. Jangan hanya PI, tetapi harus ditentukan secara detail apa yang menjadi hak daerah dan masyarakat sekitar.” Demikian Engelina Pattiasina.(SF)