JAKARTA, Ruangenergi.com – Emiten tambang batu bara terbesìar di Indonesia, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) yang merupakan joint controlling antara Grup Bakrie dan Grup Salim akan melakukan berbagai rencana ekspansi dalam beberapa tahun ke depan. Salah satu agenda utamanya adalah melakukan ekspansi ke industri hilir batu bara, guna mendukung target pemerintah untuk dekarbonisasi Indonesia
Hilirisasi ini juga merupakan bagian dari persyaratan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUPK) di kedua anak usaha BUMI, yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (Arutmin).
“Perusahaan sangat terbuka untuk menjajaki kemitraan strategis dalam rangka efisisensi dan efektifitas untuk membiayai proyek hilirisasi ini,” ungkap Dileep Srivastava, Director, and Corporate Secretary BUMI.
Dileep menambahkan, pihaknya juga berusaha mencari teknologi terkini, pembeli potensial, pendanaan yang mendukung ESG, keuntungan dan kebijakan yang mendukung perusahaan untuk mendapatkan insentif menarik dari pemerintah demi terciptanya energi yang berkelanjutan.
Sementara itu, Director/CFO BUMI, Andrew Beckham mengatakan, BUMI masih memiliki cadangan dan sumber batu bara yang sangat banyak di KPC dan Arutmin.
Adapun besaran dana capital expenditure (Capex) yang dialokasikan untuk 2024 sebesar US$ 40 juta hingga US$ 80 juta, dengan target volume produksi batu bara mencapai 80 juta ton.
“Namun hingga saat ini BUMI belum melakukan finalisasi untuk target kinerja pada tahun ini,” ujarnya.
Selain itu, perseroan juga memandang bahwa harga batu bara masih dapat mencapai peningkatan di tahun 2024, seiring situasi ketidakpastian geopolitik dunia dan musim dingin yang berdampak terhadap tingginya permintaan batu bara untuk energi listrik.
Berkat kondisi cuaca yang sangat mendukung di wilayah tambang, hingga akhir September 2023, BUMI mencatat total produksi sebesar 56,2 juta ton. Angka tersebut meningkat 5ĺ periode nlll sama tahun lalu sebany[slide- id=’7652′]ak 53,7 juta ton.(Red)