Cari Minyak Tanpa Merusak! Kangean Energy Punya Cara ‘Ajaib’ untuk Eksplorasi Migas

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Sumenep, Jawa Timur, ruangenergi.com – Di tengah gencar-gencarnya tuntutan eksplorasi migas yang berkelanjutan, Kangean Energy Indonesia Ltd. (KEI) tak mau ketinggalan. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang berada di bawah pengawasan SKK Migas ini, tengah berjibaku di perairan dangkal West Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, dengan senjata mutakhir: teknologi survei seismik Ocean Bottom Nodal (OBN).

Bukan sekadar pencarian ‘harta karun’ migas biasa, survei ini menandai babak baru eksplorasi yang lebih akurat dan, yang terpenting, lebih ramah lingkungan.

“Penggunaan teknologi OBN memungkinkan pencitraan bawah permukaan yang lebih tajam dan komprehensif,” terang Kampoi Naibaho, Manager Public Government Affair Kangean Energy Indonesia Ltd bercerita kepada ruangenergi.com, Senin (22/09/2025). Ia menambahkan, ini adalah langkah krusial untuk eksplorasi migas yang tidak hanya akurat dan aman, tetapi juga bersahabat dengan alam.

Apa Itu OBN dan Mengapa Istimewa?

Lupakan metode konvensional dengan kabel panjang yang mengganggu lalu lintas kapal. Teknologi OBN jauh lebih canggih. KEI menempatkan sensor-sensor independen (node) langsung di dasar laut, seperti mata-mata kecil yang merekam gelombang seismik dari segala arah.

Akurasi Tinggi: Mampu merekam gelombang P dan S secara 3 hingga 4 komponen (3C/4C), menghasilkan data resolusi super tinggi bahkan di bawah struktur geologi yang kompleks.

Ramah Lingkungan: Ini poin utamanya! OBN meminimalkan gangguan pada lalu lintas kapal dan nelayan. Lebih penting lagi, teknologi ini lebih bersahabat dengan ekosistem laut, termasuk mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba.

Efisiensi Operasi: Durasi survei lebih pendek, membutuhkan air gun berintensitas rendah, sehingga potensi polusi akustik berkurang drastis.

Fleksibel: Aman digunakan di wilayah dengan infrastruktur dasar laut tanpa risiko keselamatan tinggi.

KEI tak main-main dengan komitmen lingkungannya. “Kami menerapkan prinsip kehati-hatian dalam setiap tahapan, termasuk pemasangan node menggunakan ROV agar tidak merusak ekosistem dasar laut seperti terumbu karang,” tegas perwakilan KEI.

Tak hanya itu, KEI juga menjunjung tinggi keterbukaan. Sejak awal Juni 2025, enam kali sosialisasi formal telah digelar di Sumenep dan desa-desa terdampak, melibatkan OPD Pemprov Jawa Timur, Pemkab Sumenep, Lantamal V, Lanal Batuporon, hingga tokoh masyarakat setempat. Ini dilakukan untuk memastikan transparansi dan dukungan komunitas.

“Kehadiran tokoh masyarakat dan pemerintah daerah sangat membantu menjaga transparansi dan kelancaran kegiatan,” ujar Kampoi Naibaho.

Sejak 2024, KEI juga telah melakukan social mapping untuk memahami mata pencarian nelayan dan menyusun SK Bupati terkait kompensasi dan ganti rugi yang transparan jika ada kerusakan alat tangkap. Langkah mitigasi lainnya termasuk penyesuaian jadwal survei agar tidak mengganggu migrasi biota laut dan penerapan protokol konservasi laut.

Dengan segala upaya ini, KEI menunjukkan bahwa eksplorasi migas modern bisa berjalan seiring dengan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Sebuah langkah maju yang patut diapresiasi di tengah dinamisnya industri energi Indonesia.