Jakarta,ruangenergi.com-Sebagai BUMN energi, PT Pertamina (Persero) mendukung penuh rencana pemerintah dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).
Pertamina dengan bersama Pemerintah menyediakan infrastruktur energi terintegrasi yang berbasis bauran energi, yakni BBM, Gas dan Listrik serta dilengkapi dengan infrastruktur penyimpanan energi yakni Battery Energy Storage System (BESS) dan/atau Hydrogen.
Sebagaimana peta jalan yang disusun pemerintah, pembangunan infrastruktur energi tersebut akan berlangsung dalam lima tahap yakni 1) Tahun 2022 – 2024; 2) Tahun 2025 – 2029; 3) Tahun 2030 – 2034; 4) Tahun 2035 – 2039; 5) 2040 – 2045.
“Saat ini, Pertamina telah mengupayakan fase pertama untuk perencanaan konstruksi yakni penyediaan Mobile Refueling Unit (MRU) untuk BBM. Penyediaan Jaringan Gas Alam (Pipeline/CNG Truck/LNG Truck ), dan Sistem Kelistrikan Kalimantan (Pembangkit Listrik Tenaga Surya/PLTS) serta insfrastruktur penyimpanan energi,”kata Pjs Vice President Corporate Communication Pertamina Heppy Wulansari dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com,Rabu (18/05/2022) di Jakarta.
Untuk penyediaan energi, Pertamina,lanjut Heppy, akan memanfaatkan produksi lapangan sekitar. Dari lapangan sekitar, gas akan di transportasikan menggunakan Trucking ISO Tank atau pipa. Jika menggunakan pipa, asumsi skenarionya adalah tapping dari pipanisasi Senipah-Balikpapan.
Adapun perkiraan kebutuhan Capex yang disusun, akan ditetapkan berdasarkan skenario perpindahan ASN yang kami terima, yaitu (skenario 7.0000, 11.000, dan 60.000 ASN) hal tersebut akan berdampak pada demand dan kebutuhan Capex-nya.
Transisi Energi
Saat ini, Pertamina sedang menjalankan transisi energi untuk mencapai bauran energi sesuai target Pemerintah yakni 29% pada tahun 2030. Dalam kerangka transisi energi pula, Pertamina akan menyediakan infrastruktur energi terintegrasi di IKN, yakni infrastruktur BBM, Gas dan Listrik serta dilengkapi dengan infrastruktur penyimpanan energi yakni Battery Energy Storage System (BESS) dan/atau Hydrogen.
“Untuk BBM, pada tahap konstruksi Pertamina akan menyediakan Mobile Refueling Unit (MRU), tahap selanjutnya akan dilakukan transisi kebutuhan Energy Mix di sektor transportasi dan komersial akan dilayani BBM High Grade (low emission) dan pada fase green energy (2035 – onward) akan dilanjutkan dengan transisi ke EV & Fuel CellHydrogen Station,”ujar Heppy.
Untuk infrastruktur Gas, Pertamina dengan dukungan Pemerintah akan membangun Jargas berbasis Gas Alam yang akan menyuplai energi Sektor Rumah Tangga, dan tahap lanjutan akan dilakukan transisi dari gas ke ke Green Hydrogen.
Adapun untuk kebutuhan Listrik IKN yang terhubung dengan Sistem Ketenagalistrikan Kalimantan, Pertamina akan membangun pembangkit berbasis EBT yaitu PLTS (Solar Farm, Solar Rooftop, Floating Solar Farm) dan PLTA Kayan. Di fase Green Energy juga akan beralih ke Green Hydrogen.
Mengenai Konversi SPBU menjadi SPKLU, hal ini perlu diuji dan dikaji lebih lanjut. Pertimbangannya adalah, model operasi dan consumer behaviour SPKLU akan berbeda dengan SPBU. dengan demikian hipotesa saat ini, bahwa SPKLU akan lebih banyak di Rumah-Rumah ataupun tempat pusat keramaian (Pusat Perbelanjaan, Taman Rekreasi, Parkiran, dll). Dengan demikian, jika bisnis SPKLU menggunakan model bisnis seperti SPBU, masih perlu dikaji lebih lanjut. Adapun model bisnis tsb masih bisa cocok, jika segmen yang digarap adalah segment transportasi publik (seperti Bus Kota, Angkutan Kota), sehingga SPKLU dapat ditempatkan di pool/terminal mereka.