Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com – Planned Shutdown di Lapangan Banyu Urip yang dioperasikan oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dikabarkan diminta ditunda oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
Padahal, planned shutdown pada fasilitas produksi migas diibaratkan seperti mobil yang masuk bengkel untuk perawatan menyeluruh. Dalam proses ini, seluruh komponen atau spare part akan diperiksa, dilakukan tune-up, hingga penerapan sistem terbaru guna memastikan operasional berjalan lebih aman, lancar, dan optimal di masa mendatang.
Planned Shutdown menjadi agenda penting untuk menjaga performa fasilitas produksi tetap prima. Tanpa perawatan rutin ini, risiko gangguan operasi, kecelakaan, dan penurunan produksi sangat mungkin terjadi di tahun-tahun berikutnya.
Namun, informasi yang diterima ruangenergi.com, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia dikabarkan meminta agar jadwal Planned Shutdown ditunda demi mendukung pencapaian target produksi minyak nasional dalam APBN 2025.
Permintaan penundaan ini menuai kekhawatiran dari para pelaku industri. Mereka menilai jika Planned Shutdown dipaksakan untuk ditunda, maka keselamatan dan keamanan operasional berpotensi terganggu. Tak hanya itu, target produksi migas di tahun 2026 juga berisiko tidak tercapai karena menurunnya kinerja fasilitas akibat tidak dilakukan perawatan sesuai jadwal.
“Kalau ditunda, risikonya akan meningkat di tahun berikutnya. Bisa saja produksi menurun karena kerusakan yang tidak terdeteksi sejak awal,” ungkap salah satu sumber di industri migas, bercerita kepada ruangenergi.com, Selasa (05/08/2025), di Jakarta.
Saat ini, para pemangku kepentingan tengah mencari solusi terbaik agar rencana perawatan dapat tetap berjalan tanpa mengganggu target produksi nasional.