Jakarta Pusat, Jakarta, ruanenergi.com– Transformasi bukan sekadar jargon, tapi keberanian untuk benar-benar keluar dari zona nyaman. Pesan inilah yang ditegaskan Direktur Manajemen Risiko PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Whisnu Bahriansyah, dalam forum “Leading the Shift: Menyoroti Peran Pemimpin sebagai Penggerak Utama Transformasi” yang digelar Dwi Soetjipto Research Center (DSRC) di WTC 1 Jakarta, Rabu (13/8/2025).
Sejak berdiri pada 2007, PHE tumbuh menjadi salah satu pemain utama di industri hulu migas Indonesia. Kini, PHE mengelola sekitar 24% wilayah kerja migas nasional dan menyumbang 69% produksi minyak Indonesia. Menurut Whisnu, pencapaian ini tidak terlepas dari kepemimpinan visioner serta komunikasi yang mampu menggerakkan seluruh insan perusahaan.
“Transformasi harus dimulai, bukan hanya dibicarakan. Tantangannya adalah membawa seluruh insan keluar dari zona nyaman dan menjaga momentum perubahan,” kata Whisnu.
Ia menekankan, komunikasi yang terbuka dan efektif adalah instrumen utama agar transformasi perusahaan mendapat dukungan penuh, baik dari internal maupun eksternal.
Proyek Strategis di Tengah Pandemi
Whisnu mencontohkan keberhasilan PHE mengawal proyek Jambaran Tiung Biru (JTB), salah satu proyek strategis nasional. Meski sempat dihantam pandemi COVID-19, proyek gas ini berhasil mencapai full production pada 2024 dengan kapasitas 193 juta kaki kubik per hari, melampaui target awal.
“Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan kepemimpinan yang solid dan komunikasi yang tepat, tantangan sebesar apa pun bisa dihadapi,” ujarnya.
Selain faktor internal, PHE juga dituntut adaptif menghadapi regulasi, fluktuasi pasar energi, hingga perkembangan teknologi. Menurut Whisnu, kuncinya adalah memahami kepentingan semua pihak, menyampaikan kebutuhan perusahaan secara transparan, dan menemukan solusi win-win.
Tak hanya fokus pada bisnis, PHE juga menegaskan komitmen kuat pada prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). PHE mengimplementasikan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) ISO 37001:2016 dengan prinsip Zero Tolerance on Bribery. Langkah ini memperkuat tata kelola yang bersih, transparan, dan akuntabel.
Dengan strategi transformasi, kepemimpinan visioner, dan tata kelola yang berintegritas, PHE menegaskan posisinya sebagai motor penggerak industri hulu migas nasional.
“Kami ingin menjadi perusahaan migas kelas dunia yang ramah lingkungan, bertanggung jawab secara sosial, dan berlandaskan tata kelola yang baik,” tutup Whisnu.