Catatan Redaksi: Membangunkan Natuna Timur dari Tidur Berkepanjangan

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,ruangenergi.com-Masih ingat dengan blok Natuna Timur (East Natuna)? Sudah nyaris satu dekade, blok migas yang katanya banyak gas itu, tidur.

Tidak ada satupun produksi ke luar dari wilayah kerja migas itu. Padahal, blok East Natuna memiliki kandungan gas yang sangat besar, 222 TCF initial gas-in-place (IGIP) yang membuatnya menjadi undeveloped gas field terbesar di Asia Tenggara.

Namun, kandungan gas yang besar tersebut datang dengan tantangan yang juga besar, di mana kandungan CO2-nya sangat tinggi (lebih dari 70%, merupakan single accumulation CO2 terbesar di dunia).

Dengan kondisi tersebut, Blok East Natuna diperkirakan memiliki sumber daya kontingen sebesar 46 Tcf, atau hampir sama dengan total cadangan gas Indonesia (55 Tcf 2P di awal 2020).

Selain kandungan CO2 yang tinggi, tantangan lain dari pengembangan Blok East Natuna adalah lokasinya yang terpencil. Jarak dari Blok East Natuna ke pulau Natuna mencapai 225 km dan jarak ke Pulau Sumatera mencapai 1.000 km.

Ruangenergi.com,pada akhir November 2022, mendapat kabar bahwa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mendesak PT Pertamina (Persero) agar segera melakukan kegiatan eksplorasi di East Natuna.

Adalah seorang pejabat di lingkup kementerian bercerita, Pertamina sedang didesak untuk segera beresin East Natuna. Alasannya logis,Pertamina dapat penugasan dari menteri untuk garap blok migas yang ada di Kepulauan Riau itu.

Menurut dia, Pertamina harus mau. Penugasan sudah lama diberikan kepada perusahaan milik Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau enggak dibereskan juga, maka, konon kabarnya, penugasan oleh negara ke Pertamina dicabut dan East Natuna block akan dijadikan tender terbuka.

Ah sayang sekali jika Pertamina melepas penugasan East Natuna block yang diberikan negara melalui Kementerian ESDM.

Padahal pada Jumat (29/01/2021) Profesor Tutuka Ariadji, Dirjen Migas, mengatakan bahwa Indonesia masih memiliki cadangan gas yang besar sejak 40 tahun lalu dan hingga saat ini belum dikomersialkan yaitu Blok East Natuna. Apabila dapat diproduksi, diperkirakan dapat menambah lifting sebanyak 3 miliar standar kaki kubik selama 25 tahun.

Namun Tutuka menyadari, untuk memproduksikan gas dari blok tersebut tidak mudah karena kandungan CO2-nya sangat tinggi dan bahkan dapat dikatakan satu-satunya di dunia. Apabila potensi tersebut mampu dimanfaatkan, hal itu menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemampuan yang tinggi.

Tutuka berkata bahwa sesungguhnya Indonesia memiliki pengalaman yang sangat panjang dalam industri migas ini yaitu sudah 125 tahun. Dan kita perlu tunjukkan kemandirian energi kita dengan memanfaatkan potensi migas.

Sudah saatnya, Natuna bangun dari tidurnya. Kata para ahli migas, saat harga migas sedang bagus-bagusnya kini, momentum bagus ini jangan sampai dilewatkan begitu saja. Namun, biasanya, kendala dana menjadi persoalan utama mengembangkan suatu blok migas.

Ada baiknya, pengembangan suatu blok migas jika terkendala masalah dana, maka perlu dibuka suatu kesempatan badan usaha pemegang wilayah kerja migas di Indonesia berkolaborasi. Membuka skema private placement maupun listing di bursa untuk sedot cuan alias pitih..alias money dari pihak lain.

Jangan sia-siakan kesempatan, karena dia tidak datang dua kali. Sun Tzu pernah berkata; “..orang yang memiliki banyak faktor strategis akan menang, orang yang hanya sedikit memiliki faktor strategis akan kalah-terlebih lagi orang yang sama sekali tidak memiliki faktor strategis. Dari pengamatan tersebut, saya bisa memperkirakan  siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah.”

Godang Sitompul, Pemimpin Redaksi