Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Ada banyak hal menarik dipaparkan oleh Direktur Utama PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) Sunaryanto ketika dia bersama 10 (sepuluh) kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dan SKK Migas melakukan rapat dengar pendapat di Komisi XII DPR, Selasa (01/07/2025), di Jakarta.
Dengan penuh semangat Sunaryanto membeberkan bahwa blok Mahakam tetap sesuai dengan target produksi.Well head gas sesuai WP&B sebesar 407 MMSCFD, sedangkan produksi minyak target WP&B sebesar 21,9 MBOPD.
“Untuk pengeboran, target WP&B 86. Demikian juga dengan program kerja intervensi sumur atau kita sebut work over well services, kita more less on target. Insya Allah prognosis diakhir tahun kita akan melebih dari target,”kata Sunaryanto.
Dia memaparkan juga, tren di tahun 2025 akan naik baik dari sisi well head gas maupun dari well head liquid.
“Kita berterima kasih ke pemerintah yang telah memberikan insentif selama ini yang membuat kita melakukan program kerja. Alhamdulilah realisasi produksi jangka panjang lebih baik daripada prediksi operator sebelumnya, Total Indonesie. Ini memang banyak dipengaruhi bagaimana pemerintah memberikan coming insentif dan ini bisa kami manfaatkan dengan baik,”ucap Sunaryanto dengan bangga.
Sunaryanto menyampaikan di hadapan Komisi XII DPR beberapa proyek yang sedang digarap oleh PHM, diantaranya ada proyek Sisi Nubi AOI, Sisi Nubi East. Ada OPLL2B: LLP Booster compresor Peciko dan juga Manpatu.
“Kebetulan dari Sisi Nubi AOI kita sudah selesaikan 6 (enam) platform, sudah sail away dan sudah siap dipasang.Ini Insya Allah pada akhir tahun 2025 ini kita akan mendapatkan first gasnya. Oleh karena itu tadi bisa kita lihat bahwa produksi di tahun 2026 itu akan naik, salah satunya itu karena project kita yang relatip cukup besar yakni di Sisi Nubi,” ungkap Sunaryanto.
Di saat yang bersamaan, Sunaryanto ungkapkan juga fasilitas produksi yang sudah Menua.Dengan fasilitas produksi yang sudah menua memberikan tantangan lebih dalam mejaga kehandalan operasi di Mahakam.
“Jadi memang betul-betul kita fight dengan harga yang meningkat dan ini kita melakukan cost efisiensi dengan baik. Nah baik dari ABO maupun ABI-nya, karena kalau ABI kalau tidak kita efisienkan itu nanti banyak project yang tidak akan applied. Ini yang kita lakukan dan juga fasilitas produksi yang menua dan memerlukan perawatan dibandingkan yang masih green,” jelas Sunaryanto lagi.
Dia membeberkan, masalah di blok Mahakam antara lain; Cadangan mulai menipis, ini ada nanti berhubungan dengan pembebasan lahan daerah border dan untuk explorasi. Program kerja yang agresif di daerah operasi yang kompleks membutuhkan perencanaan dan koordinasi yang lebih untuk kelancaran operasi.
“Alhamdulilah kami sudah dapat insentif (dari Pemerintah). Namun bila ada sisa insentif yang masih bisa diberikan, kita akan memohonkan lagi. Sehingga nanti on top dari apa yang kita sampaikan kita bisa masih mendapatkan tambahan dari apa-apa saja yang kita sudah dapatkan selama ini,”tutur Sunaryanto yang duduk sederet dengan Kepala SKK Migas Djoko Siswanto saat RDP tersebut.
Dia dengan tegas, fasilitas di blok Mahakam sudah mature dan ada beberapa yang harus dimanage dengan baik. Walaupun sudah tua masih bisa berjalan dengan baik.