Jakarta, Ruangenergi.com – Dengan menggandeng perusahaan afiliasi Petronas, Gentari dan Twin Towers Ventures (TTV), Volta, Grup MCASH siap memproduksi 900.000 unit sepeda motor listrik dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Seluruh kendaraan listrik (electric vehicle/EV) ini dilengkapi dengan baterai teknologi graphene ProCharge+.
Menurut Managing Director of MCASH, Suryandy Jahja, Volta bersama Petronas siap untuk merevolusi mobilitas kendaraan listrik di Indonesia. Dengan potensi pasar EV di Indonesia diprediksi akan sangat kompetitif. Namun, preposisi unik Volta, kombinasi teknologi baterai canggih PETRONAS dan model layanan inovatifnya, memberikan keunggulan yang berbeda.
“EV dari Volta ini berkinerja superior dan hemat biaya ProCharge+ mengatasi kekhawatiran utama konsumen Indonesia yang berhati-hati dengan anggaran, menjadikan Volta unggul dalam kompetisi untuk mendominasi pasar,” kata dia dalam keterangannya, Selasa (02/7).
Lebih jauh Suryandy mengatakan, pihaknya sangat antusias untuk berkolaborasi dengan Petronas dalam berbagai inisiatif, termasuk pengembangan baterai berbasis graphene yang revolusioner dan ekspansi armada kendaraan listrik (EV) di Indonesia.
“Volta memiliki tujuan menjadi penyedia solusi kendaraan listrik dua roda yang kompetitif,” ucapnya.
Sementara of Technology Digital Business Petronas, Mahpuzah Abai menambahkan, lanskap EV yang berkembang pesat khususnya di Indonesia menuntut adanya kemitraan yang dinamis antara para pemangku kepentingan. Hal ini diperlukan untuk membangun ekosistem mobilitas yang berkelanjutan.
“Kolaborasi kami dengan Volta mencerminkan komitmen ini, menggabungkan keahlian Petronas dalam material canggih dengan model inovatif Volta yang menggunakan layanan penukaran baterai untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia,” papar Abai.
Kolaborasi ini, lanjut dia, menegaskan komitmen dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan.
“Dengan membangun kemitraan strategis dan mengembangkan teknologi terkini, Petronas tidak hanya mendorong revolusi kendaraan listrik di Indonesia, tetapi juga menetapkan standar untuk inovasi kolaboratif di lanskap mobilitas global,” pungkasnya. (Red)