wk masela

Dampak Sosial Akibat Terlambatnya Proyek Kilang LNG Masela

Jakarta,ruangenergi.com-Dampak sosial akibat terlambatnya Proyek Kilang LNG Masela/LNG Abadi, yang digagas oleh Inpex Masela Ltd di blok Masela,Kepulauan Tanimbar,Provinsi Maluku, ini semakin besar dimana harapan masyarakat mulai pupus akibat tidak jelasnya kelanjutan proyek.

Di sisi lain,semakin lama Inpex memulai kegiatan utama pengembangannya, semakin mundur jadwal onstream dan berdampak kepada komersial LNG nya yang harus berkompetisi lebih berat lagi.

“Harga minyak dan LNG sudah naik, kenapa masih pengembangannya masih ditahan oleh Inpex? Waktu itu kan ditahan karena nunggu Shell keluar dan karena harga minyak yang turun sekali.Sekarang harga itu naik jauh diatas asumsi proyek dan sudah bertahan lama… mengapa Inpex diam saja? Shell sendiri ditargetkan akhir 2021 harus sudah keluar… status keluarnya Shell juga masih tidak jelas apa yang dilakukan oleh Shell saat harga minyak dan LNG yang sudah tinggi,” kata Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman kepada ruangenergi.com,Selasa (02/11/2021) di Jakarta.

Pemerintah sendiri,lanjut Fatar, sebenarnya sangat akomodatif dengan syarat tambahan CCS/CCUS.Kemudian,dampak sosial akibat terlambatnya proyek masela ini semakin besar dimana harapan masyarakat mulai pupus akibat tidak jelasnya kelanjutan proyek

Dalam catatan ruangenergi.com.proyek LNG Abadi didasarkan pada skema pengembangan LNG darat yang sedang dipersiapkan INPEX sebagai operator untuk pengembangan bersama Shell di Blok Masela lepas pantai Indonesia. Proyek ini diharapkan dapat memproduksi sekitar 9,5 juta ton LNG per tahun dan hingga sekitar 35.000 barel kondensat per hari. Proyek ini juga akan memasok 150 juta kaki kubik gas alam per hari melalui pipa untuk memenuhi kebutuhan lokal akan gas alam.

INPEX mengakuisisi 100% kepemilikan Blok Masela pada November 1998 melalui penawaran terbuka yang dilakukan oleh otoritas Indonesia. INPEX selanjutnya melakukan kegiatan eksplorasi sebagai operator, menemukan Lapangan Gas Abadi melalui pemboran sumur eksplorasi pertama pada tahun 2000.

Setelah kegiatan eksplorasi, evaluasi dan studi pengembangan, INPEX melakukan pekerjaan Pre-FEED mulai Maret 2018 berdasarkan skema pengembangan LNG darat dengan kapasitas produksi LNG tahunan sebesar 9,5 juta ton. INPEX mengajukan revisi rencana pengembangan pada Juni 2019 dan mendapat persetujuan dari otoritas Indonesia pada Juli 2019.

Selain persetujuan atas revisi rencana pengembangan, otoritas Indonesia juga menyetujui perpanjangan kontrak bagi hasil (PSC) selama 20 tahun dan perpanjangan kontrak. aplikasi untuk alokasi waktu tambahan tujuh tahun,memperpanjang jangka waktu PSC hingga 2055. INPEX akan melakukan pekerjaan desain rekayasa front-end (FEED) dan bertujuan untuk mencapai permulaan produksi pada paruh kedua tahun 2020-an.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *