Dari 221 Anjungan ke Ruang Kelas: Rahasia Operasi Laut Jawa Dibongkar untuk Mahasiswa UBP

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Karawang, Jabar, ruangenergi.com- Di sebuah aula kampus Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang, suasana tampak berbeda pada 12 November 2025 pagi itu. Ratusan mahasiswa dari berbagai jurusan memenuhi ruangan, sebagian membawa buku catatan, sebagian lainnya sibuk menyiapkan pertanyaan. Mereka datang bukan untuk kuliah biasa, melainkan untuk “mengintip” langsung dunia industri yang selama ini mereka kenal hanya melalui literatur: industri hulu minyak dan gas bumi.

Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) hadir khusus hari itu, membawa para pakar dan praktisinya untuk berbagi cerita tentang bagaimana energi negeri ini dijaga, diproduksi, dan dibawa dari kedalaman laut hingga mengalir ke jutaan rumah tangga dan industri.

Kesan formal langsung mencair ketika R. Ery Ridwan, Head of Communication, Relations, & CID PHE ONWJ, membuka acara. Nada suaranya tenang namun penuh penekanan. Ia berdiri bukan sekadar sebagai perwakilan perusahaan, tetapi sebagai seseorang yang ingin membangun jembatan.

“Hari ini kami hadir untuk menjembatani dua dunia yang krusial bagi bangsa,” katanya. “Dunia akademik yang mengasah gagasan, dan dunia industri hulu migas yang menjadi urat nadi energi negeri.”

Di antara kursi-kursi mahasiswa, beberapa wajah terlihat terperangah. Mereka tampaknya baru memahami bahwa industri migas bukan hanya soal rig dan pipa, tetapi juga soal gagasan—gagasan mereka.

Ery melanjutkan dengan sebuah pesan yang terasa personal: inovasi sejatinya lahir dari ruang-ruang akademik seperti tempat mereka duduk hari itu.

Pesan itu kemudian diterjemahkan secara lebih teknis—namun tetap memukau—oleh seseorang yang setiap harinya berkutat dengan dunia laut Jawa yang penuh tantangan: Muzwir Wiratama, General Manager PHE ONWJ.

Dikenal akrab sebagai Wira, ia memaparkan tanggung jawab besar yang diemban perusahaannya. Di layar besar terpampang data yang membuat banyak mahasiswa saling berbisik takjub: 221 anjungan lepas pantai dan lebih dari 2.125 kilometer pipa bawah laut.

“Kami tidak berbicara dalam skala kecil,” ujar Wira, tangannya menunjuk peta jaringan pipa yang menjalar seperti pembuluh darah energi. “Fasilitas ini telah bekerja puluhan tahun, memastikan listrik kalian menyala dan industri pupuk tidak berhenti.”

Materi ini bukan sekadar informasi teknis. Ia seperti membuka tirai yang memperlihatkan betapa rumitnya kerja menjaga suplai energi nasional dari lapangan yang sudah tua.

Namun Wira tidak berhenti pada aspek operasional. Ia menggeser fokus presentasi ke arah yang lebih relevan bagi generasi muda: keberlanjutan energi.

“Operasi Lepas Pantai Mendukung Keberlanjutan Energi dan Lingkungan,” demikian judul presentasi yang ditampilkan. Bukan slogan, kata Wira, tetapi prinsip yang menjadi DNA PHE ONWJ.

Ia memaparkan langkah-langkah nyata yang telah dilakukan—bukan rencana, tetapi eksekusi: pemasangan 864 panel surya di offshore platform, efisiensi energi armada kapal, inovasi pemanfaatan gas suar bakar melalui ejector dan mini compressor yang kini menggerakkan turbin, hingga program TJSL JAM PASIR, yang bukan hanya menanam mangrove tetapi juga menciptakan 3,62 hektare daratan baru berkat teknologi APPOSTRAPS dari limbah ban bekas.

Ketika angka “19.100 ban bekas” dan “400 meter garis pantai baru” muncul di layar, ruangan kembali riuh kecil. Mahasiswa tampak kagum bahwa teknologi bisa memulihkan alam seefektif itu.

“Kami tidak hanya bicara, kami eksekusi,” tegas Wira. “Mencapai Net Zero Emission 2030 bukan lagi mimpi, tapi langkah-langkah nyata yang sudah kami mulai.”

Di akhir paparan, Wira menatap para mahasiswa dengan nada yang lebih lembut namun tajam.

“Masa depan energi ada di teknologi baru—termasuk CCUS. Semua upaya ini membutuhkan talenta muda, termasuk kalian.”

Kata-kata itu menjadi seperti undangan terbuka bagi mahasiswa UBP Karawang untuk menjadi bagian dari perjalanan besar mengamankan energi negeri.

Harapan dari Kampus

Rektor UBP Karawang, Prof. Dedi Mulyadi, menutup rangkaian acara dengan apresiasi yang tulus. Baginya, sosialisasi seperti ini adalah jendela berharga bagi mahasiswa.

“Mahasiswa jadi tahu bagaimana operasional PHE ONWJ, bagaimana SKK Migas bekerja, hingga bagaimana isu lingkungan diatasi. Ini wawasan yang tidak mereka dapatkan setiap hari.”

Ia menambahkan bahwa informasi mengenai magang dan peluang karier memberi motivasi tambahan bagi mahasiswa yang segera memasuki dunia profesional.

Sosialisasi ini bukan sekadar kunjungan industri. Ia adalah percakapan—antara laut Jawa yang penuh tantangan, mahasiswa yang penuh ide, dan perusahaan energi yang sedang mencari cara paling berkelanjutan untuk menjaga napas negeri.

Di akhir acara, beberapa mahasiswa terlihat tak langsung beranjak pulang. Mereka berdiskusi, membuka ponsel untuk mencari lebih banyak tentang offshore engineering, decarbonization, atau CCUS.

Mungkin, di antara ratusan mahasiswa yang hadir pagi itu, ada satu atau dua yang suatu hari nanti akan kembali ke ruangan yang sama—tidak lagi sebagai peserta, tetapi sebagai inovator yang membantu mengubah wajah energi Indonesia.

Dan semuanya berawal dari sebuah pertemuan sederhana: ketika industri membuka pintu, dan akademik menyambutnya.