Jakarta,ruangenergi.com – Indonesia mengalami dua kali peak production minyak yaitu tahun 1977 dan 1995. Khusus untuk peak production tahun 1995, menjadi catatan khusus lantaran merupakan hasil implementasi pengurasan tahap lanjut dengan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).
“Kita punya success story implementasi teknologi EOR yang menjadi rujukan industri migas global yaitu impelementasi teknologi EOR steamflood di Lapangan Duri di mana EOR Steamflood Duri adalah contoh ideal bagaimana sebuah proyek EOR dikelola,” ungkap Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji pada Launching Festival EOR 2022, Selasa (17/5).
Dipaparkan Tutuka, persiapan implementasi EOR steamflood Duri dilakukan segera setelah puncak produksi primary recovery dicapai dengan recovery factor hanya sekitar 7%. Setelah fase persiapan, kemudian dilanjutkan dengan EOR steamflood pilot huff & puff. “Pembelajaran dari keberhasilan pilot huff & puff, kemudian menjadi modal dalam implementasi EOR steamflood skala lapangan yang dimulai tahun 1985 pada Area 1,” tuturnya.
Peak production EOR steamflood Duri dicapai 10 tahun kemudian yaitu pada tahun 1995 dengan produksi mendekati 300.000 bopd, meningkat sekitar 600% dibandingkan produksi di awal proyek. Saat ini, pengembangan EOR steamflood Duri sudah mencapai Area 13. Recovery factor mencapai di atas 70% dengan kumulatif produksi sekitar 3 miliar barel minyak.
Program surveillance yang dilakukan selama proyek berjalan menjadi kunci keberhasilan pengembangan EOR steamflood Duri hingga saat ini yang tetap perform dalam situasi harga minyak yang fluktuatif. “Produksi minyak dari EOR steamflood Duri masih menjadi andalan produksi minyak nasional kita saat ini,” tegas Tutuka.
Dirjen Migas mengharapkan kisah sukses EOR di Lapangan Duri dapat menjadi pembelajaran bagi dunia migas Indonesia. Meski keberhasilan EOR steamflood Duri tidak terlepas dari volume oil in place yang demikian besar serta tidak dimiliki lapangan-lapangan minyak lainnya, namun yang perlu digarisbawahi dari kesuksesan ini adalah dibutuhkan konsistensi dalam menyiapkan sebuah proyek EOR dari fase ke fase, mulai dari persiapan dengan studi dan lab, pilot, full field implementation secara bertahap dibarengi dengan program surveillance untuk terus melakukan efisiensi dan continues improvement agar bisa terus perform dalam situasi naik turunnya harga minyak.
Walaupun sejauh ini belum ada lagi implementasi EOR skala full field, namun sudah cukup banyak kegiatan-kegiatan implementasi EOR yang dilakukan pada skala pilot di lapangan dan skala laboratorium. Berbagai implementasi skala sumuran dan antarsumur telah dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di sejumlah lapangan minyak dan memberikan indikasi kenaikan produksi. Sejumlah metode EOR yang telah terbukti berhasil pada skala laboratorium juga banyak ditawarkan oleh para technology provider.