Sapa Peserta GERILYA

Dirjen EBTKE Sapa Peserta Gerilya, Peduli Energi Bersih dan Mitigasi Krisis Lingkungan

Jakarta, Ruangenergi.comKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) lewat program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (MBKM Gerilya) berharap pemanfaatan energi bersih dapat ditingkatkan.

Pasalnya, saat ini sebanyak 52 peserta dari 634 pendaftar telah ditetapkan menjadi peserta dan berhak mengikuti program MBKM yang proses pembelajarannya dimulai sejak tanggal 31 Agustus 2021.

Di mana, selama tiga bulan pertama, para Mahasiswa Gerilya tersebut akan diberikan pembekalan teori melalui course dan tiga bulan setelahnya praktek di lapangan dengan konsep team-based project.

Dalam kuliah umum kebijakan EBT Nasional, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menyapa para peserta MBKM Gerilya.

Dadan menuturkan pentingnya mengoptimalkan sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebagai bentuk keberlanjutan penggunaan sumber energi serta mitigasi krisis lingkungan di Indonesia.

“Kalau urusan iklim ini urusan semua (negara), tidak bisa di kotak-kotak,” terang Dadan saat menjabarkan komitmen Indonesia dalam penurunan emisi global melalui Undang-Undang Nomor 16/2016 tentang Pengesahan Paris Agreement.

Ia menjelaskan, posisi Indonesia dalam dunia internasional untuk berkontribusi dari sektor energi mencapai target penurunan emisi GRK sebesar 29% atas kemampuan sendiri dan 41% atas bantuan internasional di tahun 2030.

Dirjen EBTKE Kementerian ESDM

“Presiden juga menyampaikan komitmen tersebut di pertemuan G20 dan memastikan kepentingan Indonesia tetap terjaga,” katanya.

Berdasarkan Nationally Determined Contribution (NDC), energi baru dan terbarukan ditargetkan mampu mereduksi emisi sebesar 170,42 juta ton CO2e dimana realisasinya mencapai 34,29 juta ton CO2e.

“Saat ini bauran EBT masih 11,2%, kita ingin setiap saat (bauran EBT) naik. Itu tugas Kementerian ESDM dan nanti juga akan dibantu oleh para gerilyawan ini untuk turut menaikkan porsi pemanfaatan EBT,” papar Dadan.

Untuk itu, lanjutnya, selaras dengan tujuan tersebut, salah satu produk kebijakan yang sedang disiapkan oleh pemerintah yaitu Grand Strategi Energi Nasional (GSEN).

“Prinsipnya harus berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan agar tercipta ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi,” beber Dadan.

Dadan mengungkapkan, dalam outlook GSEN, EBT diprioritaskan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) melalui pendekatan, yaitu PLTS Skala Besar, PLTS Terapung, dan PLTS Atap.

“Selain tiga masih ada yang skala kecil baik itu di pinggir jalan maupun dipakai oleh masyarakat yaitu Solar Home System di wilayah-wilayah terpencil,” ungkapnya kembali.

Dalam diskusi, Plt Balitbang Kementerian ESDM itu juga menjawab kondisi pemanfaatan EBT termasuk proses transisi dari energi fosil ke EBT termasuk melalui biofuel yang dilontarkan oleh peserta Gerilya.

“Transisi mereka langsung ke electricity karena mereka tidak punya bahan bakunya (sawit), kita punya lebih dari yang dibutuhkan. Dari 50 juta ton yang diproduksi hanya sekitar 10 juta ton yang dibutuhkan, masih ada 40 juta ton,” imbuh Dadan.

Sebagaimana diketahui, program MBKM Gerilya ini ditujukan untuk kepada mahasiswa aktif jenjang sarjana (S-1) dan vokasi eksakta guna membantu mengoptimalkan penggunaaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di masyarakat dan mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan 23% di tahun 2025.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *