Dirut Indonesia Power : TOSS Menghasilkan Batubara Nabati Yang Ramah Lingkungan

Jakarta, RuangEnergi.ComDirektur utama PT, Indonesia Power Ahsin Sidqi mengungkapkan pentingnya menggunakan batubara nabati sebagai bagian dari peningkatan bauran energi.
Menurutnya, penggunaan batubara nabati dari sisi harga sangat ekonomis. Di Cilacap sudah sangat besar off takernya Semen Indonesia.

“ Kita sudah coba pada 17 Agustus lalu dengan produksi pelet eceng gondok dari IP, hasilnya juga bagus dan setara dengan menggunakan batubara. Artinya ini program substitusi dari fosil menjadi renewable karena hasil dari sampah kayu, cangkang sangat mudah didapat bahan bakunya disekitar kita , sehingga tidak ada pengurangan efisiensi temuannya bisa menghasilkan batubara nabati dengan kadar kalori 7.000 tinggal dibuat tingkat kekeringannya agar efisiensinya semakin tinggi,”ungkap Ahsin Sidqi disela-sela launcing safari TOSS di Jakarta(1/9).

Lebih jauh ia memaparkan, Hasil batubara Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) ini nanti akan digunakan di seluruh Indonesia. PLN sudah minta 10% yang nanti akan disubstitusi dengan batubara. Jadi berapa pun produksi batubara nabati yang dihasilkan akan diambil karena untuk pemakaian batubara di PLTU Suralaya saja satu tahun 12 juta ton. Apalagi nanti setelah SNI keluar kita akan lebih terjamin supplay chaint managemen-nya.

“Indonesia Power memberikan apresiasi kepada ketua Gerakan Ciliwung Bersih yang telah mengolah samapah menjadi batubara nabati. Langitnya biru, sungainya bersih dan kami mendapat batubara nabati yang ekonomis, sehingga bisa menghasilkan efisiensi dan membuat mesin menjadi awet karena tidak ada sulfurnya,”tambahnya

Indonesia Power terus melakukan kerjasama pengolahan sampah menjadi energi.Di Lombok bekerjasama dengan gubernur akan dilaksanakan di 600 desa dimana pengembangannya dilakukan dengan dana desa.

Dengan semakin berkembangnya minat pemerintah daerah untuk terlibat menjadikan TOSS sebagai solusi, maka diharapkan akan memacu penggunaan produk dalam negeri, karena alatnya semua dihasilkan dari pabrikan lokal , seperti mesin pencacah dan untuk peyeumisasi dari Bandung dan Bali. Sementara itu, untuk genset memang masih harus impor.

“Dukungan dari Kementerian dan perusahaan swasta sudah sangat nyata untuk mengembangkan TOSS ini. Ini tentu saja sangat mengembirakan, karena selain memberdayakan ekonomi juga turut membantu menghasilkan pelet yang ramah lingkungan. TOSS dapat dikembangkan secara lokan sesuai dengan potensi bahan baku yang ada. Di Tanjung Jati pelet yang dihasilkan diolah dari sampah laut,”tutup Ahsin Sidqi.(***)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *