Jakarta,ruangenergi.com–Direktorat Jenderal Migas(Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mengatakan impor migas di tahun 2021 naik sedikit sekitar 5 % dibanding 2020 tapi turun 15% dibanding 2019. Kenaikkan ini imbas dari Covid-19 melanda dunia termasuk di Indonesia.
Namun kenaikkan impor tersebut tidak disebabkan akibat kebakaran di Kilang Balongan milik PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beberapa waktu lalu.
“Impor 2021 naik dikit sekitar 5 % dibanding 2020 (covid) tapi turun 15% dibanding 2019.Tidak ada pengaruh akibat Balongan terbakar. Saat ini belum ada permintaan tambahan impor dari Pertamina,” kata Direktur Pembinaan Kegiatan Usaha Hilir Migas Ditjen Migas Soerjaningsih kepada ruangenergi.com,Sabtu (17/04/2021) di Jakarta.
Ketika ditanyakan apakah badan usaha (BU)selain Pertamina seperti AKR,Mobil Oil adakah tambah impor,Soerjaningsih menjawab singkat: “Enggak ada. Masih normal,”
Berdasarkan data BPS, impor hasil minyak pada Maret 2021 berkontribusi terbesar dalam total impor migas, yakni US$ 1,2 miliar. Nilai ini naik 58,61% dari Februari 2021 (month to month) US$ 765,6 juta pada Februari 2021.
Lonjakan impor terbesar ada pada produk High Speed Diesel (HSD) di mana impor pada Maret 2021 melonjak 98,53% menjadi US$ 151,73 juta dari US$ 76,43 juta pada Februari 2021. Lalu, kenaikan impor bensin Pertamax sebesar 74,53% menjadi US$ 420,55 juta dari US$ 240,96 juta pada Februari 2021.
Sementara impor bensin Premium naik 67,58% menjadi US$ 374,59 juta dari US$ 223,53 juta pada Februari 2021.