Jakarta,ruangenergi.com- Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengaku pihaknya sudah berupaya seaktratif mungkin untuk menawarkan wilayah kerja perminyakan Indonesia.
Tutuka mengatakan negara menawarkan terms yang menarik, yakni 80% untuk bagian negara. Dan untuk kontraktor kerjasama migas (K3S) sebesar 20 persen.
“Semakin besar resikonya maka semakin tinggi,maka bagian negaranya makin kecil. Itu rupanya cukup menarik mereka (investor) datang. Kemudian, selama ini proses permohonan insentif dari berbagai perusahaan dengan serius. Kita melihat sudah timbul dampaknya. K3S bisa melihat apa cost recovery atau gross split,” tutur Tutuka yang hadir full team saat memaparkan Konferensi Pers Capaian Kinerja Tahun 2021 dan Program Kerja Tahun 2022 Subsektor Minyak dan Gas Bumi,Rabu (19/1/2022) di Jakarta.
Ditjen Migas,lanjut Tutuka, melakukan komunikasi dengan baik kepada investor jika ada masalah yang timbul. Hal ini dilakukan mengingat investor khususnya di hulu migas, memegang peran utama dalam peningkatan produksi.
Tutuka juga mengatakan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) minyak dan gas di tahun 2021 sebesar Rp103,19 triliun.
Kemudian, target lifting minyak di tahun 2021 sebesar 705 MBOPD dan realisasinya sebesar 660,25 MBOPD. Sedangkan lifting gas bumi, targetnya sebesar 1007 MBOEPD dan realisasinya sebesar 981,98 MBOEPD.
“ICP rata-rata US$68,47 per barel. Targetnya US$ 45 per barel. PNPB SDA tahun 2021 sebesar Rp97,98 triliun. PNBP lainnya (DMO minyak) sebesar Rp 5,21 triliun. Sehingga PNBP Migas sebesar Rp103,19 triliun,”papar Tutuka.