Jakarta, Ruangenergi.com – PT Bukit Asam (PTBA) menyatakan pihaknya terus berkomitmen untuk terus mengembangkan industri hilir dan meningkatkan nilai tambah batubara. Hal tersebut ditandai dengan perseroan akan memproduksi karbon aktif dari batu bara.
Untuk itu, PTBA menandatangani head of agreement (HoA) dengan Activated Carbon Technologies PTY Ltd. (ACT), produsen dan pemasok karbon aktif yang berbasis di Australia, pada Selasa, 22 Desember 2020, lalu.
Direktur Pengembangan Bisnis PTBA Fuad Z. Fachroeddin, mengatakan, dalam produksi karbon aktif, nantinya batubara diolah dan diaktivasi menjadi bahan dengan pori-pori yang banyak yang berguna untuk menyerap berbagai zat.
“Karbon aktif dapat digunakan untuk memurnikan air, gas, dan udara, serta digunakan sebagai filter dalam industri makanan, penghilang warna pada industri gula dan MSG, dan penetralisir limbah obat di industri farmasi agar tidak merusak lingkungan,” katanya melalui keterangan resminya di Jakarta, (05/01/2021).
Ia menjelaskan, kesepakatan antara PTBA dan ACT yakni tentang pemanfaatan karbon aktif yang akan diproduksi oleh PTBA.
Pasalnya, dalam HoA tersebut, ACT berperan sebagai calon offtaker karbon aktif yang diproduksi dan diolah PTBA di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Dikatakan olehnya, kualitas produk dan ketentuan komersial lainnya nantinya akan dibahas oleh pihak terkait dan diatur dalam perjanjian jual beli yang lebih detail.
“PTBA berencana membangun pabrik di Bukit Asam Coal-Based Industrial Estate (BACBIE) di Tanjung Enim dengan produksi 12.000 ton karbon aktif setiap tahunnya dengan mengolah 60.000 ton batubara per tahun,” tuturnya.
Fuad Fachroeddin, kembali mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan persiapan Front-End Engineering Design (FEED) pabrik akan dimulai pada 2021.
“Ini menjadi tonggak sejarah bagi PTBA dengan penandatanganan HoA dengan Activated Carbon Technologies PTY Ltd. yang akan menjadi offtaker 12.000 ton karbon aktif per tahun. Mudah-mudahan di tahun 2023, pengapalan pertama karbon aktif dari Tanjung Enim ke pelabuhan di Australia bisa terwujud,” papar Fuad.
Dijelaskan olehnya, kemitraan ini merupakan bukti transformasi PTBA yang terus mendorong peningkatan nilai tambah batubara
Sementara, CEO dan Founder ACT, Peter Cullum, mengungkapkan, pihaknya mengaku senang dengan kesepakatan tersebut dengan PTBA.
“Kami melihat ada peluang yang sangat bagus dan kemungkinan besar sukses yang lebih besar melalui kemitraan ini. Selain itu, kami juga melihat permintaan karbon aktif yang terus meningkat, yang dapat kami optimalkan untuk menembus pasar yang lebih luas di dunia,” bebernya.
Sebagai informasi, ACT, offtaker karbon aktif PTBA, secara global dikenal sebagai perusahaan dan pemasok karbon aktif terkemuka, yang didirikan pada 2003 silam di Perth, Australia.
“Selain itu, ACT memiliki kapasitas untuk menghasilkan lebih dari 40.000 ton karbon aktif per tahun dengan berbagai pasar global, termasuk Australia, Selandia Baru, Eropa, Kanada, dan Amerika Serikat,” tandasnya.