Jakarta, ruangenergi.com – Indonesia kian penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah ataupun bahan bakar minyak. Salah satunya dengan mengoptimalkan pemanfaatan bahan bakar nabati. Pasalnya, saat ini harga minyak mentah sudah menyentuh level 90 dollar AS per barel atau yang tertinggi sejak November 2022.
Pada Jumat (8/9), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui sebagian kebutuhan BBM dalam negeri mesti dipenuhi lewat impor.
”Memang enggak ada sumber lain lagi, harus beli dari situ (impor). Nanti (harga) pertamax-nya akan tinggi. Pertalite akan dipakai lagi (masyarakat beralih),” ucapnya.
Terkait laju harga minyak dunia, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengemukakan, pihaknya terus memantau pergerakan harga. Prediksi harga minyak, menurut dia, tak melulu naik. Potensi harga minyak menjadi turun atau lebih rendah tetap ada.
Kenaikan harga minyak mentah dunia itu menjadi alarm bagi Indonesia yang masih bergantung pada impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM). Dari total konsumsi BBM nasional, sebanyak 60 persen dipenuhi lewat impor dalam bentuk minyak mentah ataupun bahan bakar. Padahal, kebutuhan akan energi (BBM) di Indonesia terus meningkat.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Daymas Arangga menilai Indonesia saat ini memerlukan pengurangan ketergantungan terhadap impor minyak. Hal tersebut guna mendukung program biofuel seperti biodiesel dan biotanol.
”Tentu akan ada koreksi harga (BBM eceran) akibat hal tersebut. Sebagai antisipasi, Indonesia perlu mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak. Program biofuel (bahan bakar nabati), seperti biodiesel dan bioetanol, dapat mendukung hal tersebut secara jangka panjang,” ujar Daymas melalui keterangan tertulis, Minggu (10/9/2023).
Dalam mengoptimalkan pemanfaatan BBM, untuk gasoil, saat ini solar B35 atau pencampuran solar murni dengan biodiesel sebanyak 35 persen sudah diterapkan di tingkat nasional. Sementara pencampuran gasolin (bensin) dengan bioetanol 5 persen (E5) sudah diperkenalkan ke pelanggan, tetapi baru tersedia di 17 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur.
Pemerintah juga berupaya meningkatkan produksi minyak mentah di tengah penurunan produksi secara alamiah mengingat sumur-sumur migas yang sudah tua (mature). Itu, antara lain, dengan pengeboran sumur pengembangan dan sumur eksplorasi. Apabila saat ini produksi siap jual (lifting) minyak sekitar 667.000 barel per hari, pada 2030 ditargetkan mencapai 1 juta barel per hari.
Menurut Daymas, perlu upaya lebih keras dalam mewujudkan target tersebut, terutama dari sisi eksplorasi.
”Di satu sisi, kegiatan eksplorasi memang memiliki risiko tinggi. Namun, pemerintah perlu mengambil risiko ini dengan segala mitigasinya demi pencapaian target produksi 1 juta barel per hari pada 2030,” tuturnya.
Di samping itu, kepastian hukum juga dinilai penting demi menarik investasi dalam pengembangan hulu migas di dalam negeri. Revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi selama belasan tahun belum juga tuntas. Adapun akhir Agustus 2023 Badan Legislasi DPR menggelar rapat dengan pemerintah dalam rangka harmonisasi revisi UU itu.