Jakarta,ruangenergi.com-Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan sektor migas tidak hanya sebagai revenue generator, namun haruslah menjadi roda penggerak perekonomian di tingkat nasional maupun daerah.
Industri hulu migas berkontribusi bagi daerah penghasil melalui dana bagi hasil migas itu sendiri, pajak dan retribusi daerah,program-program CSR K3S, bisnis penyediaan barang dan jasa lokal melalui TKDN, penyerapan tenaga kerja lokal, pasokan gas dan listrik untuk di daerah tersebut.
“Sebagai contoh proyek pengembangan lapangan Banyu Urip.Dengan nilai investasi lebih dari US$ 3 billion, dan produksi lebih dari 200 ribu bopd, melibatkan lebih dari 18 ribu pekerja,dan 460 sub kontraktor, dan menumbuhkan jasa pendukung berupa hotel, rumah makan, transportasi dan lain-lain.Yang diperkirakan proyek ini berkontribusi Rp 2,18 trilyun di Kabupaten Bojonegoro. Kemudian dari local vendor,material, tenaga kerja dan lain-lain. Sehingga berdasarkan data dari BPS, Bojonegoro tumbuh sebesar 19,47 persen di tahun 2015,” kata Dwi Soetjipto dalam webinar MEMAHAMI DINAMIKA DBH MIGAS, Selasa (20/4/2021) di Jakarta.
Di mata Dwi,hal ini pentingnya pengembangan industri hulu migas untuk perekonomian nasional dan daerah. Ini membutuhkan dukungan dari para stake holder.
“Beberapa kebijakan terakhir yang telah diambil pemerintah di dalam upaya penggerakan ekonomi nasional dan daerah, antara lain berupa penurunan harga gas untuk tumbuhnya industri hilir,pelonggaran perpajakan dan flexibilitas fiscal term untuk meningkatkan daya tarik investasi migas serta meningkatkan keekonomian pengembangan lapangan. Diharapkan kebijakan tersebut dapat meningkatkan industri migas dan serapan gas untuk industri sehingga industri di daerah dapat tumbuh dan menggerakan perekonomian,” papar Dwi.